Kamis, 28 Maret 2013

Cinta Kebetulan (2)

Saatnya memasuki jam kuliah kedua, dengan bobot 4 sks, materinya pun cukup membuat kami ternina bobokan, tapi lebih tepatnya, hanya aku sendiri kok, hehe
di antara teman-teman lainnya, akulah yang paling sering tertidur saat mata kuliah ini mulai berlangsung. Jangankan 15 menit awal yang katannya waktunya kita masih bisa onsentrasi dengan mata kuliah yang sedang berlangsung, ngeliat ibunya mau melangkah masuk aja, kantukku sudah tidah tertahan lagi, rasanya ada berton-ton baja yang memakksakan aku harus memejamkan mata ini. atau dia menutup dengan sendirinya. #alibi

Tapi, entah ada petir atau badai yang membahana dari mana, atau kelas yang aku masuki ini salah, yang pastinya dia yang berdiri di depan kami sekarang, bukanlah wanita yang umurnya setengah abad lewat, bukan juga ketua tingkat kami yang rempongnya nggak ketulungan. di depan kami sekarang berdirilah sesosok yang ada dipikiran kami adalah malaikat tanpa sayap #lebay
yeah...Dia ganteng sekali boooo...

kelas yang awalnya ricuh, diam, hening seketika, kuburan aja kalah denga keheningan kami.

"Selamat siang" sapanya dengan nada yang kami dengar seolah-olah diringi melodi yang begitu indah, sehingga para kaum hawa di kelas itu, hanya menganggukkan saja kepalanya, tanpa mencerna sapaan yang diberikannya.
Dia hanya tersenyum simpul, menunjukan lengsung pipitnya, yang semakin membuat kami langsung serasa terbang ke langit ketujuh.

karena kami tampak hanya bengong mentapnya, akhirnya dia membuka pembicaraanya.
"ehemm..baiklah, saya perkenalkan diri saya, nama saya Jaka Airlangga, bisa kalian panggil saya pak angga, pak Jaka, atau yang lainnya yang membuat kalian nyaman...."
seterusnya tidak terlalu aku simak, yang intinya dia akan menggantikan ibu yang selama ini mengajar mata kuliah perkembangan peserta didik.

Selasa, 26 Maret 2013

Cinta Kebetulan (1)


Huh! Lagi-lagi masih sepi.
Pagi ini seperti hari-hari lainnya, akulah yang pertama menghirup udara segar di kampus. Kampusku dikelilingi banyak pohon jadi saat kau berada di sini di pagi hari kau akan benar-benar bisa merasakn udara yang begitu menyegarkan, udara yang jauh dari kata polusi. Di sepanjang jalan menuju setip gedung-gedung fakultas kau akan banyak menemui pohon-pohon besar yang usianya sekitar 60 tahun keatas maklum universitasku ini termasuk universitas yang tertua se-Indonesia.
Aku menuju laboratorium fisika, sesuai dengan jadwal kuliah pagi ini, yaitu praktikum kimia dasar. Saat masuk lab, aroma bahan-bahan kimia langsung menyambutku. Sambil menunggu teman yang lain aku cek ulang semua perlengkapan untuk praktikum hari ini termasuk laporan yang akan dikumpul, laporan yang setiap malam senin sukses membuat jari-jari mahasiswa MIPA Fisika menjadi kapalan. Aku baca-baca sedikit dasar teori dan petunjuk-petunjuk untuk praktikum hari ini, karena biasanya kami akan disambut dengan beberap soal kuis sebelum melakukan praktikum.
Satu per satu mahasiswa lainnya datang dan tidak lama kemudian keadaan lab menjadi pasar pagi atau mungkin lebih ramai lagi, dari penjuru sudut ruangan semuanya sibuk dengan laporan yang akan dikumpul, dan biasanya laporanku adalah sasaran empuk mereka. “ coyy..gue belum nomor tiga, ada yang bisa membantuuu..” teriak Rian membahana di ruang lab semakin membuat ricuh suasana lab.
gue udah,” sahut yang lain.
liatt..” lagi-lagi pakai acara teriak-teriak.
nih” di jawab dengan teriakan juga, benar-benar tidak menggambarkan umur semua kelakuan mereka, serasa anak SMA.
“Ris, berapa analisis data lo?” Siska yang baru saja datang dan masih sibuk mengatur nafasnya langsung lari menuju ke arah mejaku,
“allhamdulilah ya, persen kesalahan praktikum ma teori gue sedikit bedanya,”
“wahh...punya gue bedanya jauh banget, liat dong.” Wajahnya benar-benar kacau.
tuh lagi dipinjem ma Dion,” Siska buru-buru menuju ke meja Dion, lagi-lagi pakai acara lari-lari kayak jaraknya dari satu desa ke desa seberang saja.
liat dong,” ujarnya dengan nafas tersengal-sengal pada Dion.
“iya...iya bentar lagi selesai nih,”
buruan dong,”
Itulah sedikit gambaran tentang pagi ini, oh ya pekernalkan namaku Riska, aku anak terakhir dari lima bersaudara, sekarang aku sedang mengenyam pendidikan di Universitas yang terfavorit se Indonesia, sedikit berbanggalah. Jurusan yang aku ambil adalah jurusan yang orang bilang, “ lo suruh gue lari keliling monas aja deh,”. Atau “ lo suruh gue  tidur aja deh.Hemm...kalo yang pilihan kedua sih, semua orang juga mau kali ya. Tapi itulah sedikit gambaran tentang jurusan yang aku pilih dimata orang-orang. Puyeng, muter-muter, jingkrak-jingkrak, jungkir balik dan seabrek kata galau lainnya. FISIKA. Itulah jurusan yang aku ambil. Fisika itu mudah kok, yakinlah. #sedikit memaksa

Pangeran Khayalanku (3)


Sebulan kemudian
Setelah satu bulan berlalu dari kejadian tragedi MOSku yang paling memalukan itu. Ternyata rasa yang telah membuat terik matahari terasa di kutub utara tidak berubah hingga kini. Saat aku tanpa sengaja bertmu denganya, dilorong kelas, di perpustakan, di kantin atau di gerbang sekolah, jantungku pasti akan bergenderang dengan ramainya. Tapi aku tidak pernah berani lagi menatapnya setelah kejadian itu. Karena walau aku tak melihat kearahnyaa, fellingku mengatakan dia pasti sedang senyum-senyum menahan tawanya. Apalagi dia selalu bersama teman-temanya yang tidak pernah melewatka sedikitpun kesempatan untuk menggodaku tentang kejadian sebulan yang lalu.
Entahlah..aku memang begitu membencinya apalagi saat kejadian aku yang keceplosan  itu, saat itu dia langsung mempermainkanku dan menjadikanku bulanan tawanya anak-anak yang lain. Karena aku juga tidak terlau mengerti apa yang menyebabkan aku tidak dapat membencinya. Jadi kusebut saja ini CINTA, cinta pertamaku. Tragis dan sangat memalukan.
Kini aku hanya dapt mengaguminya dari jauh, sekedar melihatnya saja membuatku sangat senang. Karena aku tahu dan sadar diri, dia bukanlah orang yang akan dapat menerimaku disisinya dengan semua yang ia punya. Karena dia punya semuanya dan aku tak punya semuanya. Akhir-akhir inipun aku berusaha menghindarinya selain menghindari teman-teman segengnya yang hobi banget menggodaku tentang kejadian waktu itu, aku juga tidak ingin terlalu dalam mencintainya,. Kata temanku semakin aku sering menemuinya maka aku akan semakin dalam mencintainya dan akan terjatuh dengan rasa sakit yang amat sangat. Demi menghindari rasa sakit yang aku juga tidak tahu seberapa sakitnya, tapi aku turuti saja nasehat temanku yang tumben sekali menjadi orang bijak.
Ternyata pangeran khayalanku akan tetap berujung dalam khayalan. Cinta pertamaku, lucu, memalukan sekaligus tragis.

Pangeran Khayalanku (2)


Dan sekarang upacara telah usai. Aku celingukan mencari si pangeran khayalanku. Kemanakah dia gerangan.
“semuanyaa....siswa baru tanpa terkecuali, sekarang juga berkumpul di lapangan upacara..”
Suara menyebalkan itu lagi.
Dengan langkah berat aku menuju lapangan upacara. Semuanya berlari-lari, hanya aku yang berjalan dengan santai. Lagian ngapain buru-buru, lapanganyakan nggak kemana-mana. Kembali aku tidak sadar akan bahaya yang telah menantiku di depan sana.
“ kamu yang berkuncir merah” suara itu lagi. Dan lagi-lagi tampaknya di tujukan kepadaku. Karena tanpa bertanyapun aku tahu, lihatlah seluruh mata memandang ke arahku. Memvonis diriku yang terlalu santai. Pasrah.
“cepat kesini!” lagi-lagi dengan suaranya yang menggelegar itu. Walau sedikit ada dongkol tetap saja aku turuti maunya apa, karena bagaimanapun juga dia adalah kakak kelasku. Dia lebih tua dariku dan sepatutnya aku hormati selagi tidak  nyeleneh. Itulah nasehat ibuku. Hehe.
Kupercepat langkahku ke arahnya. Sesampainya di sana. Dunia ingin kubelah dan aku menghilang di dalamnya. Atau aku ingin lari sekencangnya dan menghilang dari sana atau...pokoknya aku ingin menghilang. Bukan karena aku begitu takut, karena mukanya yang hilang sebelah, atau giginya yang tumbuh di jidat bukan juga karena dia memegang cemeti dengan pakaian lengkap perang dan siap memukulku tapi karenaaa..............
Dia pangeran khayalankuuuuuu!!!!!!!! Oh nooooooo
Kini dia tepat berada di depanku dengan tatapan tajamya yang tadi begitu kuimpikan justru kini menghujamku. Yang aku harap memandangku dengan keteduhan tapi justru berbalik menerkamku dengan pedang tatapanya. Inikah yang aku impikan. Diluar khayalan!
Ternyata tadi pagi aku benar-benar terserang penyakit linglung tingkat akut, kenapa aku tidak menyadari dialah malaikat malikku pagi tadi. Menyiksa telingaku dengan teriakan mautnya. Membuatku srasa dikelilingi ribuan nyamuk. Saat aku ingat-ingat, pagi tadi memang wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, dia menggunakan sweater dengan tutup kepala yang hampir menutupi seluruh mukanya. Dan keadaan pagi tadi masih agak gelap. Serta aku selalu menunduk saat dia mulai teriak-teriak. Walhasil aku melewatkan melihat mukanya dengan jelas. Kini terlambat sudah. Aku telah menyia-nyiakan waktuku tadi dengan begitu mengaguminya sepanjang upacara berlangsung, melupakan teriknya matahari yang membuat bajuku siap untuk diperas kembali.
“kau tahu apa kesalahanmu?!” teriaknya membahana. Aku yakin seluruh isi sekolah sedang menonton adeganku dengannya. Serasa sedang menonton pertunjukan drama opera. Sayangnya aku berperan sebagai pemeran wanita yang tertindas. Dan sedang dipermalukan.
“iya kak” ujarku lirih.
“apa!” teriaknya lagi.  Nggak usah pakai urat kali kak, biasa aja lagi.
“emmm..saya telat berkumpul di sini.”
“lalu” aku bingung,  lalu....
“lo nggak sadar apalagi kesalahan lo!”
Dengan polosnya aku menggelengkan kepalaku. “emang apa kak?”
Wajah di depanku terlihat mengeras. Grahamnya sedikit tertarik ke atas pertanda orang yang sedang mencoba mengontro emosinya. “ lo senyum-senyum nggak jelas waktu upacara berlangsung dan lo nggak sadar itu bentuk kesalahan lo?” ujarnya sambil melotot.
Nggak usah melotot uii, gue udah ilfill ma lo,nggak tertarik tau! Lagian gue senyum-senyum juga gara-gara lo, makanya punya wajah ganteng tuh dikantongi aj, nggak usah pamer. Bikin orang bermasalah aja.
“punya telinga nggak sih lo nih?!” dari tadi ditanya lo adem ayem aja, kenapa, lo nggak suka dengan gue?” dia semakin marah tampaknya, apalagi dari tadi aku hanya diam dan tampak membuatnya seperti berbicara, teriak-teriak dan marah-marah sama patung.
“hei jawab!” dia kembali berteriak dan mengagetkanku, sehingga tanpa sadar aku berucap kata-kata yang tak pernah inigin aku ucapkan, kata-kata yang semakin membuatku ingin ditelan bumi, di bawa terbang angin serta dunia kiamat.
“karena aku suka liat kakak tadi..hhmmff”
“aiissshh...” aku meringis, ada apa dengan mulutku. Dasar tidak dapat kompromi! Aku benar-benar marah pada diriku dan malunya itu lho, nggak tahannn.
Semua mata menatapku dan suasana hening seketika.
Oh Bundaaa, bantulah anakmu ini, apa yang harus aku lakuakn. Pipiku memanas dan aku rasa pipi ini telah berubah menjadi tomat yang siap dipanen. Ohhhhhh nnoooooooo..........
Lari
Itulah dalam pikiranku, tapi kakiku terasa kelu aku hanya mampu berdiri di sana dengan ratusan mata menatapku sinis, jijik, cemburu, atau apalah, mungkin juga kasihan. Aku tertunduk lesu, terpekur diam menatap semut yang berjalan beriringan masuk kesarangnya. Andai aku bisa berubah jadi semut, pasti aku takkan hidup menanggung malu ini. Hiks.
“Hah! Ulang sekali lagi!” ada suara cewek yang tak kalah nyarinngnya dari arah belakang telingaku.
Jiaahh...kalo budek,ya budek jangan dibawa-bawa dong!
Aku tetap diam, tadikan bukan sengaja, yaa..walaupun itu dari hati.
“hei budek, dengar nggak sih lo!” kembali cewek yang sepertinya senior cewek kami membentak tepat di samping telingaku.
“iya kak,”
“iya kak..iya kak..iya kak” ujarnya dengan gaya mencibir menirukan suaraku.
“ lo keliling, puterin nih lapangan basket sma lapangan voli disana, sambil teriak-teriak... GUE CINTA KAK JAKA, non stop” ujar pangeran khayalan yang telah transformasi menjadi pangeran kegelapan. Huh! Menyebalkan.

Pangeran Khayalanku (1)

cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat dan nama tokoh maupun alur cerita, semua hanyalah kebetulan saja.


Pangeran khayalanku
Karya : Reny
Hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa).
Hari ini adalah hari pertama Rinjani mengenakan pakaian putih abu-abu. Setelah selama tiga tahun putih biru, akhirnya warnanya berubah juga. Lebih tampak dewasa saat bercermin. Entah berapa kali Rinjani memutar-mutar tubuhnya menikmati pemandangan yang baru ini.  

Pagi-pagi sekali Rinjani datang, keadaan sekolah masih sangat sepi dan masih agak gelap hanya beberapa kakak kelas yang sibuk mempersiapakan acara penyambutan buat siswa baru SMA Negeri 3 Tanjung Batu. Rinjani lebih memilih duduk di bawah pohon samping lapangan basket. Lapangan basketnya tanmpak begitu bersih dan dengan beberapa pernak pernik hiasan sebagai simbol penyambutan siswa baru.

Rinjani begitu menikmati udara sejuk di sekelilingnya. udara pagi dengan wewangian rumput yang masih basah oleh embun, membuatnya semakin terlena dengan khayalannya. Rinjani berharap, dia bisa bertemu dengan kakak kelas yang nan menawan, bagaiakan seorang pangeran seperti di telenovela-telenovela selama ini. Korban film.

“hei kamu!” panggil seseorang. 

Dia berdiri di tengah-tengah lapangan basket, Rinjani mencoba menajamkan penglihatannya dalam keadaan yang masih belum begitu terang. Tapi tampaknya Rinjani tidak mengenal orang yang memanggil ke arahnya. Awalnya Rinjani tidak yakin, jadi dia melakukan isyarat dengan menunjukan jari telunjuk tepat di depan mukanya. .

“emang ada yang lain hah!” suaranya tampak terdengar mulai kesal.

Kan bisa jadi ada yang lain, Rinjani hanya bisa mengupat dalam hati.

“oii buruan kesini!” kini tampaknya dia semakin kesal. 
“huh!” rasanya Rinjani ingin melemparkan semua isi tas ke arahnya
Emangnya jaman Belanda masuk Indonesia, sok berkuasa banget.
Walaupun hati Rinjani kesalnya minta ampun dengan tindakan orang tersebut. Tetap saja langkah Rinjani berjalan dengan cepat menuju ke arah orang tersebut.
Aku nggak mau hari pertamaku jadi anak SMA rusak olehnya yang sok itu!

“adha apha khak?” nafas Rinjani masih ngos-ngosan.
“ada apa...ada apa?”
“lo kira lo ratu ya disini, kakak kelasmu jungkir balik kerja buat nyambut kalian, eh lo nyantai-nyantai aja, serasa mandor!” semburnya dengan nada tinggi. Dia teriak-teriak di dekat telinga Rinjani dan setelahnya Rinjani merasa mendengar nyanyian kumbang didekat telinganya,
nging...ngiing...nging.. seperti bunyi kumbang yang mengitari kepala.
“eh jawab kalo ditanya tuh!”
Aku terlonjak dari keasyikanku menikmati bunyi dengungan nyamuk tadi.
“ eh iya kak” aku asal jawab aja dan ternyata hal tersebut membawa petaka.
“apa kata lo! Ulangi!”dia tampaknya benar-benar marah.
Aku yang sebenarnya memang dari tadi tidak memperhatikan apa yang ia bicarakan, jadi dengan santainya aku ulangi kata-kataku dan...
“push upppp....” ujarnya kembali dan lagi-lagi teriak di dekat telingaku.
Nih orang gila atau habis obat sih, emang dia kira telinga gue ini toa, seenaknya aja teriak-teriak.
Tapi kali ini walaupun aku sibuk bercaci maki tentang dia di dalam hatiku, aku ikuti saja perintahnya, sekali-kali bikin orang gila jadi senang, kali aja ada tambahan amal.
Huh!

“Upacara penyambutan siswa baru tahu ajaran . . .bla...bla...bla...”
Aku berdiri di baris paling depan, aku sebenarnya tidak menginginkannya. Tapi dasar cecunguk kakak kelas tadi yang menyuruhku berdiri di sini, walhasil seluruh sinar matahari sukses membuat baju baruku basah kuyup. Padahal pagi tadi sudah bikin ricuh orang rumah gara-gara adik terkecilku lari-lari dengan segelas air di tangannya dan jatuh, bajuku terkena sedikit percikan airnya. Padahal hanya sedikit, tapi aku ngamuknya benar-benar kayak orang kebakaran jenggot. Dan sekiranya tuhan memang maha adil, terlalu heboh dengan percikan sedikit, kini bear-benar bajuku bisa untuk diperas kembali.
“pemimpin upacara memasuki lapangan upacara.”
Aku serasa mau pingsan, bukan karena suara mc yang mendayu-dayu itu, tapi lihatlah di depanku. Pangeran khayalanku. Berdiri tegap tepat di depanku. Dia membelakangi sinar matahari jadi kalau dilihat dari sisiku, maka akan terlihat seolah-olah dia sedang memancarkan sinar yang begitu membuatnya semakin tampak seperti malaikat turun dari langit. Benar-benar seperti khayalanku selama ini. Matanya tajam, seolah-olah akan menembus hati lawan di depannya. Alisnya tebal dan begitu rapi ditambah dengan bulu matanya yang panjang bonus lentik, mataku saja tidak seperti itu. Rahangnya yang walaupun belum terlalu nampak, tapi cukup semakin membuatnya terlihat sangat tegas dan meneduhkan. Warna kulit putih berseri kontras dengan hidung ala baratnya. Mungkin saja dia blasteran. Tapi apapun itu. Semuanya terlihat sempurna, terlihat dan terlukis sesuai dengan bayanganku tentang standarisasi kegantengan cowok.
Kini panas matahari berubah menjadi begitu dingin. Dingin sekali. Hahaha.
Sepanjang perjalanan upacara tak henti-hentinnya aku senyam-senyum sendiri. Wow! Hari pertama yan begitu menyenangkan. Walau dibuka dengan teriakan yang aneh. Tapi upacara kali ini untuk petama kalinya aku bersyukur berada di barisan paling depan. Selamanyapun tidak masalah asalkan dia yang menjadi pemimpin upacaranya.