Saatnya memasuki jam kuliah kedua, dengan bobot 4 sks, materinya pun cukup membuat kami ternina bobokan, tapi lebih tepatnya, hanya aku sendiri kok, hehe
di antara teman-teman lainnya, akulah yang paling sering tertidur saat mata kuliah ini mulai berlangsung. Jangankan 15 menit awal yang katannya waktunya kita masih bisa onsentrasi dengan mata kuliah yang sedang berlangsung, ngeliat ibunya mau melangkah masuk aja, kantukku sudah tidah tertahan lagi, rasanya ada berton-ton baja yang memakksakan aku harus memejamkan mata ini. atau dia menutup dengan sendirinya. #alibi
Tapi, entah ada petir atau badai yang membahana dari mana, atau kelas yang aku masuki ini salah, yang pastinya dia yang berdiri di depan kami sekarang, bukanlah wanita yang umurnya setengah abad lewat, bukan juga ketua tingkat kami yang rempongnya nggak ketulungan. di depan kami sekarang berdirilah sesosok yang ada dipikiran kami adalah malaikat tanpa sayap #lebay
yeah...Dia ganteng sekali boooo...
kelas yang awalnya ricuh, diam, hening seketika, kuburan aja kalah denga keheningan kami.
"Selamat siang" sapanya dengan nada yang kami dengar seolah-olah diringi melodi yang begitu indah, sehingga para kaum hawa di kelas itu, hanya menganggukkan saja kepalanya, tanpa mencerna sapaan yang diberikannya.
Dia hanya tersenyum simpul, menunjukan lengsung pipitnya, yang semakin membuat kami langsung serasa terbang ke langit ketujuh.
karena kami tampak hanya bengong mentapnya, akhirnya dia membuka pembicaraanya.
"ehemm..baiklah, saya perkenalkan diri saya, nama saya Jaka Airlangga, bisa kalian panggil saya pak angga, pak Jaka, atau yang lainnya yang membuat kalian nyaman...."
seterusnya tidak terlalu aku simak, yang intinya dia akan menggantikan ibu yang selama ini mengajar mata kuliah perkembangan peserta didik.
Kamis, 28 Maret 2013
Selasa, 26 Maret 2013
Cinta Kebetulan (1)
Huh! Lagi-lagi masih
sepi.
Pagi ini seperti
hari-hari lainnya, akulah yang pertama menghirup udara segar di kampus. Kampusku
dikelilingi banyak pohon jadi saat kau berada di sini di pagi hari kau akan
benar-benar bisa merasakn udara yang begitu menyegarkan, udara yang jauh dari
kata polusi. Di sepanjang jalan menuju setip gedung-gedung fakultas kau akan
banyak menemui pohon-pohon besar yang usianya sekitar 60 tahun keatas maklum
universitasku ini termasuk universitas yang tertua se-Indonesia.
Aku menuju laboratorium fisika, sesuai dengan jadwal kuliah pagi ini, yaitu praktikum kimia dasar. Saat
masuk lab, aroma bahan-bahan kimia langsung menyambutku. Sambil menunggu teman
yang lain aku cek ulang semua perlengkapan untuk praktikum hari ini termasuk
laporan yang akan dikumpul, laporan yang setiap malam senin sukses membuat jari-jari
mahasiswa MIPA Fisika menjadi kapalan.
Aku baca-baca sedikit dasar teori dan petunjuk-petunjuk untuk praktikum hari
ini, karena biasanya kami akan disambut dengan beberap soal kuis sebelum
melakukan praktikum.
Satu per satu mahasiswa
lainnya datang dan tidak lama kemudian keadaan lab menjadi pasar pagi atau
mungkin lebih ramai lagi, dari penjuru sudut ruangan semuanya sibuk dengan
laporan yang akan dikumpul, dan biasanya laporanku adalah sasaran empuk mereka.
“ coyy..gue belum nomor tiga, ada
yang bisa membantuuu..” teriak Rian membahana di ruang lab semakin membuat
ricuh suasana lab.
“ gue udah,” sahut yang lain.
“ liatt..” lagi-lagi pakai acara teriak-teriak.
“ nih” di jawab dengan teriakan juga, benar-benar tidak menggambarkan
umur semua kelakuan mereka, serasa anak SMA.
“Ris, berapa analisis
data lo?” Siska yang baru saja datang
dan masih sibuk mengatur nafasnya langsung lari menuju ke arah mejaku,
“allhamdulilah ya, persen
kesalahan praktikum ma teori gue
sedikit bedanya,”
“wahh...punya gue bedanya
jauh banget, liat dong.” Wajahnya
benar-benar kacau.
“ tuh lagi dipinjem ma Dion,” Siska buru-buru menuju ke meja Dion, lagi-lagi
pakai acara lari-lari kayak jaraknya dari satu desa ke desa seberang saja.
“liat dong,” ujarnya dengan nafas tersengal-sengal pada Dion.
“iya...iya bentar lagi selesai nih,”
“ buruan dong,”
Itulah sedikit gambaran
tentang pagi ini, oh ya pekernalkan namaku Riska, aku anak terakhir dari lima
bersaudara, sekarang aku sedang mengenyam pendidikan di Universitas yang
terfavorit se Indonesia, sedikit berbanggalah. Jurusan yang aku ambil adalah jurusan
yang orang bilang, “ lo suruh gue
lari keliling monas aja deh,”. Atau “
lo suruh gue tidur aja
deh.” Hemm...kalo yang pilihan
kedua sih, semua orang juga mau kali ya. Tapi itulah sedikit gambaran tentang
jurusan yang aku pilih dimata orang-orang. Puyeng,
muter-muter, jingkrak-jingkrak,
jungkir balik dan seabrek kata galau lainnya. FISIKA. Itulah jurusan
yang aku ambil. Fisika itu mudah kok, yakinlah. #sedikit memaksa
Pangeran Khayalanku (3)
Sebulan kemudian
Setelah satu bulan berlalu dari kejadian
tragedi MOSku yang paling memalukan itu. Ternyata rasa yang telah membuat terik
matahari terasa di kutub utara tidak berubah hingga kini. Saat aku tanpa
sengaja bertmu denganya, dilorong kelas, di perpustakan, di kantin atau di
gerbang sekolah, jantungku pasti akan bergenderang dengan ramainya. Tapi aku
tidak pernah berani lagi menatapnya setelah kejadian itu. Karena walau aku tak
melihat kearahnyaa, fellingku mengatakan dia pasti sedang senyum-senyum menahan
tawanya. Apalagi dia selalu bersama teman-temanya yang tidak pernah melewatka
sedikitpun kesempatan untuk menggodaku tentang kejadian sebulan yang lalu.
Entahlah..aku memang begitu membencinya
apalagi saat kejadian aku yang keceplosan
itu, saat itu dia langsung
mempermainkanku dan menjadikanku bulanan tawanya anak-anak yang lain. Karena
aku juga tidak terlau mengerti apa yang menyebabkan aku tidak dapat membencinya.
Jadi kusebut saja ini CINTA, cinta pertamaku. Tragis dan sangat memalukan.
Kini aku hanya dapt mengaguminya dari
jauh, sekedar melihatnya saja membuatku sangat senang. Karena aku tahu dan
sadar diri, dia bukanlah orang yang akan dapat menerimaku disisinya dengan
semua yang ia punya. Karena dia punya semuanya dan aku tak punya semuanya.
Akhir-akhir inipun aku berusaha menghindarinya selain menghindari teman-teman
segengnya yang hobi banget menggodaku
tentang kejadian waktu itu, aku juga tidak ingin terlalu dalam mencintainya,.
Kata temanku semakin aku sering menemuinya maka aku akan semakin dalam
mencintainya dan akan terjatuh dengan rasa sakit yang amat sangat. Demi
menghindari rasa sakit yang aku juga tidak tahu seberapa sakitnya, tapi aku
turuti saja nasehat temanku yang tumben sekali menjadi orang bijak.
Ternyata pangeran khayalanku akan tetap
berujung dalam khayalan. Cinta pertamaku, lucu, memalukan sekaligus tragis.
Pangeran Khayalanku (2)
Dan sekarang upacara telah usai. Aku celingukan
mencari si pangeran khayalanku. Kemanakah dia gerangan.
“semuanyaa....siswa baru tanpa terkecuali, sekarang
juga berkumpul di lapangan upacara..”
Suara
menyebalkan itu lagi.
Dengan langkah berat aku menuju lapangan upacara.
Semuanya berlari-lari, hanya aku yang berjalan dengan santai. Lagian ngapain buru-buru, lapanganyakan
nggak kemana-mana. Kembali aku tidak sadar akan bahaya yang telah menantiku
di depan sana.
“ kamu yang berkuncir merah” suara itu lagi. Dan
lagi-lagi tampaknya di tujukan kepadaku. Karena tanpa bertanyapun aku tahu,
lihatlah seluruh mata memandang ke arahku. Memvonis diriku yang terlalu santai.
Pasrah.
“cepat kesini!” lagi-lagi dengan suaranya yang
menggelegar itu. Walau sedikit ada dongkol tetap saja aku turuti maunya apa,
karena bagaimanapun juga dia adalah kakak kelasku. Dia lebih tua dariku dan
sepatutnya aku hormati selagi tidak nyeleneh. Itulah nasehat ibuku. Hehe.
Kupercepat langkahku ke arahnya.
Sesampainya di sana. Dunia ingin kubelah dan aku menghilang di dalamnya. Atau
aku ingin lari sekencangnya dan menghilang dari sana atau...pokoknya aku ingin
menghilang. Bukan karena aku begitu takut, karena mukanya yang hilang sebelah,
atau giginya yang tumbuh di jidat bukan juga karena dia memegang cemeti dengan
pakaian lengkap perang dan siap memukulku tapi karenaaa..............
Dia pangeran
khayalankuuuuuu!!!!!!!! Oh nooooooo
Kini dia tepat berada di depanku dengan
tatapan tajamya yang tadi begitu kuimpikan justru kini menghujamku. Yang aku
harap memandangku dengan keteduhan tapi justru berbalik menerkamku dengan
pedang tatapanya. Inikah yang aku impikan. Diluar khayalan!
Ternyata tadi pagi aku benar-benar
terserang penyakit linglung tingkat akut, kenapa aku tidak menyadari dialah
malaikat malikku pagi tadi. Menyiksa telingaku dengan teriakan mautnya.
Membuatku srasa dikelilingi ribuan nyamuk. Saat aku ingat-ingat, pagi tadi
memang wajahnya tidak terlalu jelas terlihat, dia menggunakan sweater dengan
tutup kepala yang hampir menutupi seluruh mukanya. Dan keadaan pagi tadi masih
agak gelap. Serta aku selalu menunduk saat dia mulai teriak-teriak. Walhasil
aku melewatkan melihat mukanya dengan jelas. Kini terlambat sudah. Aku telah
menyia-nyiakan waktuku tadi dengan begitu mengaguminya sepanjang upacara
berlangsung, melupakan teriknya matahari yang membuat bajuku siap untuk diperas
kembali.
“kau tahu apa kesalahanmu?!” teriaknya
membahana. Aku yakin seluruh isi sekolah sedang menonton adeganku dengannya.
Serasa sedang menonton pertunjukan drama opera. Sayangnya aku berperan sebagai
pemeran wanita yang tertindas. Dan sedang dipermalukan.
“iya kak” ujarku lirih.
“apa!” teriaknya lagi. Nggak usah pakai urat kali kak,
biasa aja lagi.
“emmm..saya telat berkumpul di sini.”
“lalu” aku bingung, lalu....
“lo nggak sadar apalagi kesalahan lo!”
Dengan polosnya aku menggelengkan kepalaku. “emang
apa kak?”
Wajah di depanku terlihat mengeras.
Grahamnya sedikit tertarik ke atas pertanda orang yang sedang mencoba mengontro
emosinya. “ lo senyum-senyum nggak jelas waktu upacara berlangsung dan lo nggak
sadar itu bentuk kesalahan lo?” ujarnya sambil melotot.
Nggak usah
melotot uii, gue udah ilfill ma lo,nggak tertarik tau! Lagian gue senyum-senyum
juga gara-gara lo, makanya punya wajah ganteng tuh dikantongi aj, nggak usah
pamer. Bikin orang bermasalah aja.
“punya telinga nggak sih lo nih?!” dari
tadi ditanya lo adem ayem aja, kenapa, lo nggak suka dengan gue?” dia semakin
marah tampaknya, apalagi dari tadi aku hanya diam dan tampak membuatnya seperti
berbicara, teriak-teriak dan marah-marah sama patung.
“hei jawab!” dia kembali berteriak dan
mengagetkanku, sehingga tanpa sadar aku berucap kata-kata yang tak pernah
inigin aku ucapkan, kata-kata yang semakin membuatku ingin ditelan bumi, di
bawa terbang angin serta dunia kiamat.
“karena aku suka liat kakak tadi..hhmmff”
“aiissshh...” aku meringis, ada apa dengan mulutku.
Dasar tidak dapat kompromi! Aku benar-benar marah pada diriku dan malunya itu
lho, nggak tahannn.
Semua mata menatapku dan suasana hening seketika.
Oh Bundaaa, bantulah anakmu ini, apa yang harus aku
lakuakn. Pipiku memanas dan aku rasa pipi ini telah berubah menjadi tomat yang
siap dipanen. Ohhhhhh nnoooooooo..........
Lari
Itulah dalam pikiranku, tapi kakiku terasa kelu aku
hanya mampu berdiri di sana dengan ratusan mata menatapku sinis, jijik,
cemburu, atau apalah, mungkin juga kasihan. Aku tertunduk lesu, terpekur diam
menatap semut yang berjalan beriringan masuk kesarangnya. Andai aku bisa
berubah jadi semut, pasti aku takkan hidup menanggung malu ini. Hiks.
“Hah! Ulang sekali lagi!” ada suara cewek yang tak
kalah nyarinngnya dari arah belakang telingaku.
Jiaahh...kalo
budek,ya budek jangan dibawa-bawa dong!
Aku tetap diam, tadikan bukan sengaja, yaa..walaupun
itu dari hati.
“hei budek, dengar nggak sih lo!” kembali cewek yang
sepertinya senior cewek kami membentak tepat di samping telingaku.
“iya kak,”
“iya kak..iya kak..iya kak” ujarnya dengan gaya
mencibir menirukan suaraku.
“ lo keliling, puterin nih lapangan basket sma
lapangan voli disana, sambil teriak-teriak... GUE CINTA KAK JAKA, non stop”
ujar pangeran khayalan yang telah transformasi menjadi pangeran kegelapan. Huh!
Menyebalkan.
Pangeran Khayalanku (1)
cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat dan nama tokoh maupun alur cerita, semua hanyalah kebetulan saja.
Pagi-pagi sekali Rinjani datang, keadaan sekolah masih sangat sepi dan masih agak gelap hanya beberapa kakak kelas yang sibuk mempersiapakan acara penyambutan buat siswa baru SMA Negeri 3 Tanjung Batu. Rinjani lebih memilih duduk di bawah pohon samping lapangan basket. Lapangan basketnya tanmpak begitu bersih dan dengan beberapa pernak pernik hiasan sebagai simbol penyambutan siswa baru.
Rinjani begitu menikmati udara sejuk di sekelilingnya. udara pagi dengan wewangian rumput yang masih basah oleh embun, membuatnya semakin terlena dengan khayalannya. Rinjani berharap, dia bisa bertemu dengan kakak kelas yang nan menawan, bagaiakan seorang pangeran seperti di telenovela-telenovela selama ini. Korban film.
“hei kamu!” panggil seseorang.
Dia berdiri di tengah-tengah lapangan basket, Rinjani mencoba menajamkan penglihatannya dalam keadaan yang masih belum begitu terang. Tapi tampaknya Rinjani tidak mengenal orang yang memanggil ke arahnya. Awalnya Rinjani tidak yakin, jadi dia melakukan isyarat dengan menunjukan jari telunjuk tepat di depan mukanya. .
“emang ada yang lain hah!” suaranya tampak terdengar mulai kesal.
Kan bisa jadi ada yang lain, Rinjani hanya bisa mengupat dalam hati.
“adha apha khak?” nafas Rinjani masih ngos-ngosan.
Pangeran khayalanku
Karya : Reny
Hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa).
Hari ini adalah hari pertama Rinjani mengenakan pakaian putih abu-abu. Setelah selama tiga tahun putih biru,
akhirnya warnanya berubah juga. Lebih tampak dewasa saat bercermin. Entah
berapa kali Rinjani memutar-mutar tubuhnya menikmati pemandangan yang baru ini.
Pagi-pagi sekali Rinjani datang, keadaan sekolah masih sangat sepi dan masih agak gelap hanya beberapa kakak kelas yang sibuk mempersiapakan acara penyambutan buat siswa baru SMA Negeri 3 Tanjung Batu. Rinjani lebih memilih duduk di bawah pohon samping lapangan basket. Lapangan basketnya tanmpak begitu bersih dan dengan beberapa pernak pernik hiasan sebagai simbol penyambutan siswa baru.
Rinjani begitu menikmati udara sejuk di sekelilingnya. udara pagi dengan wewangian rumput yang masih basah oleh embun, membuatnya semakin terlena dengan khayalannya. Rinjani berharap, dia bisa bertemu dengan kakak kelas yang nan menawan, bagaiakan seorang pangeran seperti di telenovela-telenovela selama ini. Korban film.
“hei kamu!” panggil seseorang.
Dia berdiri di tengah-tengah lapangan basket, Rinjani mencoba menajamkan penglihatannya dalam keadaan yang masih belum begitu terang. Tapi tampaknya Rinjani tidak mengenal orang yang memanggil ke arahnya. Awalnya Rinjani tidak yakin, jadi dia melakukan isyarat dengan menunjukan jari telunjuk tepat di depan mukanya. .
“emang ada yang lain hah!” suaranya tampak terdengar mulai kesal.
Kan bisa jadi ada yang lain, Rinjani hanya bisa mengupat dalam hati.
“oii buruan kesini!” kini tampaknya dia semakin
kesal.
“huh!” rasanya Rinjani ingin melemparkan semua isi tas ke arahnya
“huh!” rasanya Rinjani ingin melemparkan semua isi tas ke arahnya
Emangnya jaman
Belanda masuk Indonesia, sok berkuasa banget.
Walaupun hati Rinjani kesalnya minta ampun dengan tindakan orang tersebut. Tetap saja langkah Rinjani berjalan dengan cepat menuju ke arah orang tersebut.
Aku nggak mau hari
pertamaku jadi anak SMA rusak olehnya yang sok itu!
“adha apha khak?” nafas Rinjani masih ngos-ngosan.
“ada apa...ada apa?”
“lo kira lo ratu ya disini, kakak kelasmu jungkir
balik kerja buat nyambut kalian, eh lo nyantai-nyantai aja, serasa mandor!”
semburnya dengan nada tinggi. Dia teriak-teriak di dekat telinga Rinjani dan
setelahnya Rinjani merasa mendengar nyanyian kumbang didekat telinganya,
nging...ngiing...nging.. seperti bunyi kumbang yang mengitari
kepala.
“eh jawab kalo ditanya tuh!”
Aku terlonjak dari keasyikanku menikmati bunyi
dengungan nyamuk tadi.
“ eh iya kak” aku asal jawab aja dan ternyata hal
tersebut membawa petaka.
“apa kata lo! Ulangi!”dia tampaknya benar-benar
marah.
Aku yang sebenarnya memang dari tadi tidak memperhatikan
apa yang ia bicarakan, jadi dengan santainya aku ulangi kata-kataku dan...
“push upppp....” ujarnya kembali dan lagi-lagi
teriak di dekat telingaku.
Nih orang gila
atau habis obat sih, emang dia kira telinga gue ini toa, seenaknya aja
teriak-teriak.
Tapi kali ini walaupun aku sibuk bercaci
maki tentang dia di dalam hatiku, aku ikuti saja perintahnya, sekali-kali bikin
orang gila jadi senang, kali aja ada tambahan amal.
Huh!
“Upacara penyambutan siswa baru tahu ajaran . .
.bla...bla...bla...”
Aku berdiri di baris paling depan, aku
sebenarnya tidak menginginkannya. Tapi dasar cecunguk kakak kelas tadi yang
menyuruhku berdiri di sini, walhasil seluruh sinar matahari sukses membuat baju
baruku basah kuyup. Padahal pagi tadi sudah bikin ricuh orang rumah gara-gara
adik terkecilku lari-lari dengan segelas air di tangannya dan jatuh, bajuku
terkena sedikit percikan airnya. Padahal hanya sedikit, tapi aku ngamuknya
benar-benar kayak orang kebakaran jenggot. Dan sekiranya tuhan memang maha
adil, terlalu heboh dengan percikan sedikit, kini bear-benar bajuku bisa untuk
diperas kembali.
“pemimpin upacara memasuki lapangan upacara.”
Aku serasa mau pingsan, bukan karena
suara mc yang mendayu-dayu itu, tapi lihatlah di depanku. Pangeran khayalanku.
Berdiri tegap tepat di depanku. Dia membelakangi sinar matahari jadi kalau
dilihat dari sisiku, maka akan terlihat seolah-olah dia sedang memancarkan
sinar yang begitu membuatnya semakin tampak seperti malaikat turun dari langit.
Benar-benar seperti khayalanku selama ini. Matanya tajam, seolah-olah akan
menembus hati lawan di depannya. Alisnya tebal dan begitu rapi ditambah dengan
bulu matanya yang panjang bonus lentik, mataku saja tidak seperti itu.
Rahangnya yang walaupun belum terlalu nampak, tapi cukup semakin membuatnya
terlihat sangat tegas dan meneduhkan. Warna kulit putih berseri kontras dengan
hidung ala baratnya. Mungkin saja dia blasteran. Tapi apapun itu. Semuanya
terlihat sempurna, terlihat dan terlukis sesuai dengan bayanganku tentang
standarisasi kegantengan cowok.
Kini panas matahari berubah menjadi begitu dingin.
Dingin sekali. Hahaha.
Sepanjang perjalanan upacara tak
henti-hentinnya aku senyam-senyum sendiri. Wow! Hari pertama yan begitu
menyenangkan. Walau dibuka dengan teriakan yang aneh. Tapi upacara kali ini
untuk petama kalinya aku bersyukur berada di barisan paling depan. Selamanyapun
tidak masalah asalkan dia yang menjadi pemimpin upacaranya.
Langganan:
Postingan (Atom)