Kamis, 03 September 2020

Liburku yang terus terintegralkan

 

Tahu nggak, apa penyebab liburan kita selalu terasa sedikit, kurang dan maunya ditambah terus, terus dan terus?

Dulu aku pikir, itu karena aku merasa memang kurang liburnya, merasa kurang banyak dan belum puas. Rasanya tidak sebanding dengan kepadatan dan kepenatan yang aku terima saat bekerja. Rasanya tidak sebanding dengan kelelahan akibat aktivitas selama sekolah, kuliah atau kerja dan aku merasa belum terobati semuanya atau belum sepenuhnya lepas dengan jumlah libur yang aku dapatkan.

Itulah yang dulu aku pikirkan dan rasakan,  Lalu kenapa aku bisa berpikiran dan merasa seperti itu? Karena saat itu, aku tahu di depan sana setelah liburan yang terasa singkat ini, sudah menunggu setumpuk tanggung jawab yang akan aku pikul, seabrek kesibukan yang akan begitu menyita waktuku. Jadi rasa kurang itu begitu terasa olehku.

Tapi sekarang, saat aku bukan lagi sebagai siapa-siapa. bukan lagi sebagai pelajar, bukan lagi sebagai mahasiswa dan bukan lagi sebagai pekerja, liburku terasa begitu tak terhingga. Setiap hari liburku terasa terus terintegralkan, terus bertambah dan bertambah.

Liburku benar-benar terasa begitu panjang dan tidak tahu kapan berakhirnya dan di mana ujungnya. Kalau dulu inginnya libur yang tidak berakhir.

Sekarang, baru ngerasain bagaimana rasanya saat maunya  libur ini segera berakhir. Hahaha

Dulu, kerja terasa membosankan, dan selalu merasa liburku kurang dan sangat singkat.

Sekarang, saat Allah kasih aku libur sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya,  baru tahu nikmatnya punya runtinitas setiap hari.

Jadi aku mulai paham untuk terus belajar bersyukur dengan segala keadaan yang ada.

Bagi kalian yang sedang Allah anugerahkan kesibukan begitu padat, syukurilah dan tetaplah luangkan waktu seluas-luasnya untuk beribadah. Tetap menjaga ibadah  adalah salah satu bentuk syukur.

Dan bagi kalian yang sekarang kondisinya sama denganku, yang sedang Allah anugerahkan libur yang terus terintegralkan, syukurilah. Allah pengen kita istirahat dan menikmati waktu kita seluas-luasnya hingga tiba masanya kitapun akan dianugerahkan waktu yang begitu sibuk.

Kamis, 18 Mei 2017

Andai Aku LULUS ITB

Oleh : Reny







Sekarang adalah waktunya penantian. Menantikan kabar dari kamu. Kamu, iya kamu.

Seperti lagunya Nadya Rafika :

Jantung berdebar debar
Rasanya tak menentu
Hati bergetar getar
Menanti kamu disini

Sekitar dua bulan lalu, aku mempersiapkan semua kebutuhan untuk lulus meminang kamu. 

Aku beranikan diri untuk merantau. Meninggalkan semua yang pasti di kampung halaman, lalu melangkahkan kaki ke sini dengan semua yang tak pasti.

Tak pasti PERTAMA
tak pasti diterima atau tidak

Tak pasti KEDUA
tak pasti uang SPP-nya dari mana

Tak pasti KETIGA
tak pasti beasiswanya lolos atau tidak

Tak pasti KESEKIAN
tak pasti bertahan hidup dari mana, mau dapat uang dari mana, dan lain-lain yang begitu banyak tak pastinya. 

Tapi aku sudah telanjur jatuh cinta padamu sejak sepuluh tahun yang lalu. 
Sejak sepuluh tahun lalu, aku telah mencoba meminangmu sebanyak dua kali.

Kali pertama, aku datang dan kau tolak. 

Aku gagal. 

Aku masih belum sanggup memenuhi apa yang kau inginkan. 

Kali kedua yaitu saat sekarang. 
Aku kembali mencoba meminangmu untuk kedua kalinya. Aku persiapkan semuanya dengan semangat dan pantang menyerah.

Kau adalah mimpiku. Kau telah membayangiku sekian lamanya. Masuk dalam dunia mimpiku juga masuk dalam dunia nyataku. 

Tidak usah kau tanyakan lagi tentang seberapa besar keinginanku untuk memilikimu. Aku telah begitu banyak merelakan tawaran manis semua yang datang padaku demi tetap berusaha ingin memilikimu.

Walaupun nanti, pada akhirnya suratan takdir menentukan jalan cerita yang lain untuk kita. Aku tidak akan pernah menyesal untuk semua ruang, waktu dan hal lainnya yang aku lepaskan selama ini. 

Aku yakin, kita adalah jodoh. Iya, kau adalah jodoh mimpiku.

Dan jika kita benar-benar menjadi jodoh, banyak langkah yang akan aku rangkai bersamamu. 

Banyaaaakkkkkkk. Haha.

Andai aku lulus ITB.
Maka aku akan sangat bahagia.
*serasa lagi ngasih game jika maka ke siswa-siswa. Hehe.

Rabu, 26 April 2017

SMP Negeri 2 Bandung




Oleh : Reny

Malam ini, aku yang ditemani secangkir kopi pahit yang seolah sedang menggambarkan tingkat kepahitan kehidupan yang sedang dijalani. 

Seperti katanya Bang Andrea Hirata dalam novelnya Cinta di Dalam Gelas, “ mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya.”
Kata-kata ini mengena sekali ke jantung. *Jepp

Dulu, saat aku masih muda (read:kecil) aku tidak begitu suka makanan yang berkaitan dengan rasa pahit. Tapi, seiring semakin besarnya nilai angka pada umurku, aku mulai menyukai rasa yang pahit-pahit. Dari rasa sayuran pare, kembang kates (indonesia:pepaya) sampai kopi pahit, sudah begitu biasa di lidah, rasanya seperti MSG saja bagiku. Bahkan dulu aku yang begitu suka dengan rasa yang manis-manis, kini mulai tak menyukainya lagi. 

Ahhh...apakah mungkin ini tanda bahwa aku sudah terlalu sering makan janji manismu, jadi rasanya aku sudah muak dengan yang manis-manis? 
#lhocurhat.

Yah..sudahlah, mari kita ke inti acara saudara-saudara. Intinya aku ingin sedikit bercerita tentang perjalananku hari ini.

Hari ini adalah hari kedua aku bertugas sebagai observer kece untuk penelitian tesis temanku. Penelitiannya dilakukan di sebuah sekolah ternama di kota Bandung. Bertempat di Jalan Sumatera No. 42, Merdeka, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117, Indonesia. Alamat ini aku dapatkan dari mbah google, jadi sekalian aja aku copy paste semuanya.

Ada yang tahu setelah aku berikan alamat selengkap itu?

Bagi kalian warga bandung, entah itu yang aseli bandung atau sekedar penduduk imitasi, penduduk yang sedang numpang bertahan hidup di sini (example: ane) akan tahu, itu alamatnya menuju ke sekolah apa.

Sekolah ini, konon katanya banyak daunnya. Ups..salah, maksudnya disinilah tempat pak walikota Bandung, pak Ridwan Kamil atau akrab orang bandung manggilnya Kang Emil menuntut ilmu. (emang ilmu salah apa sih, selalu dituntut terus)

Sekolah ini memiliki prestasi yang sangat bagus, baik setingkat sekolah, provinsi, nasional bahkan internasional. Hal ini dapat agan-agan ketahui saat agan-agan datang ke sekolah ini dan berada di ruang tunggunya. Disana agan-agan akan lihat jejeran foto prestasi-prestasi siswanya, baik secara akademik maupun olahraga yang sudah tembus sampai ke dunia internasional. Wahh.... buat aku sendiri, itu sangat mengagumkan!! 

Maklumlah si penulis ini dekat dengan kata “untung”, untung masih hidup, untung bisa lulus, untuuunnggng bisa ngitung sikit-sikit. Haha.

Yang paling menarik perhatianku adalah lingkungannya. Aku jatuh cinta dengan keasrian lingkungan sekolah ini. Gedung yang masih berdiri kokoh sejak tahun 1913 yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda merupakan bekas sekolah Belanda, yaitu Europeesche Lagere School (sekolah rendah diperuntukkan bagi warga Eropa - setingkat Sekolah Dasar pada masa kini). Sekolah ini dimulai sekitar tahun 1948 dengan nama Indofuropese Vereneging Kubbk School (dah lama banget ya) dan berlokasi di Jalan Kalipah Apo. Kemudian berturut-turut pindah ke Jalan Kasatriaan, Jalan Papandayan, dan Jalan Babatan. Pemindahan terakhir sekolah ini adalah ke lokasi saat ini, yaitu di Jalan Sumatera, dan pada tahun 1950 berubah nama menjadi SMP Negeri 2 Bandung. 

Dah...lah tahu kan, nama sekolahnya. Yup! SMP Negeri 2 Bandung.

Kalau kalian lihat dari jalan, tapi tolong jangan lihatnya di tengah-tengah jalan raya ya, itu berbahaya. #nggaknyambung

Kalian akan lihat begitu cantiknya gedung ini dengan warna cat dinding dominan hijau membuat mata begitu nyaman melihatnya. Pas banget kan, warna hijau adalah warna yang bisa menyehatkan mata kita. Bisa membuat mata rileks dan menenangkan pikiran.

Lingkungannya begitu asri, suasana literasi atau bahasa sederhananya, suasana pelajar pencinta buku terlihat jelas di sini. Banyak spot-spot yang dibuat oleh sekolah untuk memfasilitasi agar anak didiknya semakin mencintai buku. Di kelas, di sepanjang koridor sekolah, di taman, dan tempat lainnya, mereka membuat lingkungannya senyaman mungkin bagi para anak didiknya untuk  membaca segala jenis buku.



Siswa-siswa di sekolah inipun memiliki tingkat keramahan dan sopan santun yang cukup baik kepada guru maupun tamu yang datang ke sekolah ini. Apalagi untuk standar sekolah yang berada di pusat kota. Sekarang sudah sulit kita bisa menemui anak-anak sekolah yang masih menjunjung tinggi kesopanan dan saling menghargai. Tapi, di sekolah ini, aku masih bisa merasakan wujud asli orang Indonesia yang terkenal akan ramah tamahnya. Selain siswanya yang ramah, staf guru, administrasi dan staf keamanan sekolah ini juga sangat ramah. Intinya aku ancungi jempol deh buat seluruh penghuni sekolah ini. Aku banyak belajar dari mereka. Hampir semua yang terdapat pada sekolah ini menjadi pelajaran berharga untukku. Oleh-olehku nanti saat aku kembali ke kampung halaman.


Tulisan ini kubuat, sebagai wujud terima kasihku terhadap sekolah ini. Sekolah ini telah menjadi tempat yang memberi banyak pengetahuan baru untukku.

#literasi #SMPN2Bandung #asri #sopan #kangemil #pakridwankamil #bandung #sekolahfavoritebandung

Sabtu, 22 April 2017

Pangeran Khayalanku (4)

Dubrak!

Bunyi suara benda jatuh kelantai, lalu diiringi suara teriakan sebuah nama.

Rinjaniiiiiiiiiiiiii......

Seorang wanita terduduk lemas dilantai, menahan malu yang lebih terasa daripada tulang ekornya yang terhempas di lantai. Seisi kafe menoleh ke arah sumber teriakan itu. Ada yang langsung tertawa, ada yang sekedar senyum, ada juga yang justru bermuka masam, mencemooh kelakuan anak SMA yang terjebak di tubuh wanita-wanita yang tinggal 2 tahun lagi akan menginjak angka tiga puluh.

"Hahaha" wanita yang tampaknya merasa sangat senang setelah menjahili temannya tadi tertawa begitu lepasnya.

"Jan kalo mau main-main tuh kira-kira dong!" ujar temannya yang duduk di samping Rinjani.

" lo nggak kenapa-kenapa tet?" Rinjani bertanya dengan muka sok polosnya.

"Jidat lo yang nggak kenapa-kenapa!" jawab Rani tapi biasa dipanggil Butet, asli Medan dengan  logat medannya yang tidak hilang ditelan masa dan usia.

Sore yang cerah, secerah hati lima sahabat yang sedang bercengkrama sambil sekali kali diselingi tawa yang untuk kesekian kalinya membuat sebagian mata pengunjung kafe Pojok melihat ke arah mereka. 

Kafe Pojok adalah sebuah kafe yang biasa digunakan oleh banyak kalangan untuk sekedar berbagi cerita, tawa, atau sekedar rehat sejenak dari semua aktivitas sehari-hari mereka. Termasuk Rinjani dan sahabat-sahabatnya. 

Mereka tampak begitu senang, maklum ini kali pertama mereka berkumpul lagi, setelah hampir sebelas tahun semenjak upacara kelulusan SMA, setelah hampir ratusan kali gagal untuk acara ini. Setidaknya satu dua jam mereka flashback masa-masa SMA dengan semua kejahilan, kebaikan dan kenakalan yang pernah dilakukan anak-anak SMA kala itu. 

Hanya saja, Rinjani merasa ada sesuatu yang tak nyaman, ada sesuatu yang janggal dengan keadaan sekarang. Dia merasa seperti berkumpul dengan orang-orang yang tak dia kenal, dia merasa asing. Setidaknya satu dua jam tadi dia merasa bersama sahabat-sahabatnya, tapi selepas itu semua, mereka seolah-olah orang yang baru ia kenal siang tadi. 

Rani memang tidak berubah, tapi itu hanya logat medannya saja, kini dia tampak seperti para warga-warga sosialita kebanyakan, sama seperti halnya Restu, Restu yang dulu adalah sosok paling pendiam diantara kami berlima, tapi apa yang Rinjani lihat sekarang, dia tak kalah hebohnya membicarakan semua barang Branded yang dia punya dengan si butet. Butet dulu partnernya Rinjani dalam hal tomboy, tapi sekarang Restulah yang tampaknya paling serasi dengan Butet. 

Lalu Ririn, dulu dialah si tukang celoteh tanpa henti, tapi entah kenapa, aku justru melihat sosok Restu yang dulu kini terperangkap di tubuh Ririn. Terakhir, Rianti, lihatlah dia sekarang, Rinjani seolah-olah merasa duduk di samping ustazah Oki Setiana Dewi dengan pakaian syar'i yang dia kenakan benar-benar membuatnya tampak berbeda dengan Rianti dahulu kala. Rianti dengan pakaian ala kadarnya serta kerudung ala kadarnya kini dia tampak anggun mempesona dan menenangkan jiwa. 

"Heii" panggil Rinjani, mengejutkan Ririn yang sedang melamun dengan tatapan kosongnya.

"Ahh"

"Lu pendiem banget sih Rin" ujar Rinjani heran.

"What's wrong?"

Ririn hanya tersenyum. Dia benar-benar seperti bukan Ririn yang kami kenal.

"Hellooo, Ririn??" kali ini Rianti yang membangunkannya dari lamunan, padahal baru saja tadi ditegur oleh Rinjani.

" are you okay?" Butet tampaknya ikutan khawatir

"Nothing" jawab Ririn singkat.

Mereka berempat hanya saling pandang.

"Ini bukan Ririn yang kita kenal loh, lu kenapa Rin??" Rinjani masih penasaran.

"Kita masih sahabatan kan, if you have any problem, you can tell with us. Okay?"

" i'm fine, i just ...emm..nothing." Ririn tampak ragu.

Hingga waktu memisahkan kami, Ririn masih diam dan tak sedikitpun lagi membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu.

Kini mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Namun Rinjani yakin, setiap dari mereka sepanjang perjalanan pulang pasti penuh dengan tanda tanya. 

Sesampainya di rumah, saat Rinjani tepat akan masuk, pintu di depannya yang mestinya dia yang membukanya tetapi tiba-tiba terbuka dan seseorang keluar dari sana. Orang itu tersenyum ke arah Rinjani, hanya saja Rinjani terlalu sibuk dengan pikirannya tentang sahabatnya. 

Dia tidak menyadari kehadiran orang tersebut. Hingga dia masuk dan terus saja berjalan menuju kamarnya. 

Akhirnya, aku menemukanmu.

Siapa Kisah Cintaku ?



Hari ini sahabatku semasa kuliah, telah berikrar menjadi istri untuk imam sahnya.
ahh...intinya, hari ini dia menikah.

Rasanya baru kemarin kami bercerita panjang lebar tentang sebuah pernikahan yang kelak akan kami alami.

Pada akhirnya dia telah lebih dulu menemukan belahan jiwanya. cielehhh.

Bulan Februari kemarin, sahabat semasa SMA-ku juga menikah. Diingat-ingat, lagi-lagi itu terjadi tak berselang lama dari obrolan panjang kami tentang pernikahan yang bakal kami jalani. Tentang siapa jodoh kami, bagaimana nantinya setelah menikah dan sebagainya.

Pertanyaan siapa jodoh kami, setidaknya itu sudah terjawab untuk mereka berdua. 

Mereka tidak ada yang pacaran. 
Alhamdulillah.

Kedua suami mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak mereka kenal. Kedua-duanya bertemu lewat suratan Illahi. Suratan takdir mempertemukan kisah cinta mereka.

Ada yang melalui perjodohan antara orangtua.

Ada yang melalui perjodohan teman.

dan Alhamdulillah berakhir dengan romantisnya. Bersanding duduk dipelaminan.

Sedihnya, aku tidak bisa menghadiri kedua-duanya. 

Aku terlewatkan momen bahagia mereka.

Aku terlewatkan momen memeluk mereka dihari bahagianya.

Aku terlewatkan momen melihat senyum termanis mereka dihari sakralnya.

Lalu, bagaimana dengan aku ?
Itu pasti menjadi pertanyaan kalian.

Aku?

Aku dengan keaku akuanku.

Haha..

Akupun tidak pernah tahu.

Jangankan kalian, akupun begitu sangat penasaran ingin tahu, siapa yang bakal menjadi kisah cintaku nantinya.

Perjalanan ini masih begitu panjang. Aku hanya ingin menikmatinya. Meskipun kata orang akan lebih indah bila bersama orang yang kita cintai. 

Bagiku, aku selalu bersama orang yang aku cintai.  Dan aku bahagia dengan segala bentuk kehidupan yang aku jalani.

Pernikahan bukanlah ajang lomba lari. Bukan siapa yang paling cepat menikah lalu itulah pemenangnya. 

Menurutku, siapa yang paling cepat menemukan kebahagiaannya, itulah pemenangnya. 

ahh.. tampak seperti begitu idealis ?

Aku hanya menyakini, aku akan bertemu "kamu" iya "kamu", 
diwaktu yang tepat,
di tempat yang tepat,
dan dengan orang yang tepat.

#pernikahan #wedding #bahagia #cinta #jodoh,

Jumat, 24 Maret 2017

Aku dan Perjuanganku

Pagi yang dingin di sini.
Haha
Aku teringat mimpi-mimpiku yang pernah aku tulis,
"Aku ingin tinggal di kota ini."
Sederhana alasannya kenapa waktu itu aku menuliskan kota ini sebagai kota impianku yang ingin aku tinggali entah dalam beberapa waktu. Hanya karena kota ini dingin dan sejuk.
Yeah... itu mimpi yang aku tulis beberapa tahun silam, saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di kota ini.

Dan pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, seiring dengan skenario Allah yang penuh misteri, aku akhirnya menyapa kota ini. Tinggal sudah hampir sebulan lamanya di sini. Menikmati suasana pagi yang sejuk plus dingin serta mulai berjuang untuk mimpiku selanjutnya.

Tidak heran kalau orang -orang yang pernah menuliskan mimpi-mimpinya dan mengatakan kalau suatu saat nanti, satu persatu akan terwujud,itu bukanlah sekedar cerita kiasan belaka.

Aku telah benar-benar mengalami semuanya sendiri. Telah beberapa hal yang aku mimpikan, dan entah aku sadari ataupun tidak semuanya perlahan terwujud dan saat aku menyadarinya, satu persatu mimpi yang telah aku tulis di buku mimpiku mulai banyak yang dicoret. Menandakan mereka sudah aku gapai dan aku alami.

Allhamdulilah.

Allah memang tidak pernah mengikari janjiNya,
Jika hambaNya mau berdo'a dan berusaha semuanya akan terkabulkan. Bahkan kadang Allah memberinya dengan hal yang lebih baik beserta bonus-bonus yang tak terduga.

Kini aku sekarang berada di kota yang aku impikan, satu hal yang belum terwujud di kota ini, aku ingin berkuliah di sini, hingga selesai dengan gelar terbaik.

Banyak yang bercerita, jika aku inginkan kampus yang aku tuju, sering-seringlah ke sana, walau hanya sekedar duduk dan menyapa dinding-dinding kampusnya. Kau akan benar-benar bisa berada di sana sesuai impianmu.

Dan sekarang aku disini, dikampus yang aku impikan sejak dulu, yang belum tercapai dan insyaa allah secepatnya terwujud.

Tapi untuk lebih dari semua ini, aku hanya bisa berdo'a, berusaha dan berdo'a. Jikalau kampus ini memang akan memberikan kesempatan untukku mengenyam pendidikan terbaikku di sini, aku yakin itu memang terbaik untukku, jikalaupun tidak, aku yakin itu hal yang allah anggap terbaik untukku. Dan aku tidak pernah sekalipun kecewa dengan semua keputusanNya. Aamiin.

MENIKAH ???

Menikah ?

Wow!
Haha...aku selalu merasa ingin tertawa kalau sudah membahas hal ginian.
Siapa yang tidak ingin menikah ?
Kalau kita lagi berada dalam ruangan dan seseorang bertanya hal tersebut kepada kita, kalian semua boleh menoleh ke arahku.
Lalu tatap mata saya, tatap..tataaaappp. Haha.
Mungkin kalian menebak saya tidak 'normal'kan.
Ahh..itu bisa jadi.
Dan tatapan kalian sekarang sudah berubah menjadi seperti melihat sesuatu yang menjijikan dan mengerikan.
Tapi percayalah, aku punya Tuhan kok.

Hanya saja aku melihat,memandang dan berpendapat bahwa 'menikah' itu suatu kata yang sangat sulit bagiku. Seperti kalian anak IPS yang terasa kepala penuh kupu-kupu saat disajikan soal Fisika atau seperti kalian anak IPA yang lebih memilih tidur daripada hapal menghapal pelajaran.
Kesulitanku terhadap kata 'menikah' bisa jadi hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Ahh..semuanya bisa jadi kan ?

Aku selalu mencoba untuk memandang 'menikah' itu sebagai sesuatu yang sederhana. Tapi pada akhirnya itu semakin membuat kata ini semakin mengerikan.