Rabu, 26 April 2017

SMP Negeri 2 Bandung




Oleh : Reny

Malam ini, aku yang ditemani secangkir kopi pahit yang seolah sedang menggambarkan tingkat kepahitan kehidupan yang sedang dijalani. 

Seperti katanya Bang Andrea Hirata dalam novelnya Cinta di Dalam Gelas, “ mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya.”
Kata-kata ini mengena sekali ke jantung. *Jepp

Dulu, saat aku masih muda (read:kecil) aku tidak begitu suka makanan yang berkaitan dengan rasa pahit. Tapi, seiring semakin besarnya nilai angka pada umurku, aku mulai menyukai rasa yang pahit-pahit. Dari rasa sayuran pare, kembang kates (indonesia:pepaya) sampai kopi pahit, sudah begitu biasa di lidah, rasanya seperti MSG saja bagiku. Bahkan dulu aku yang begitu suka dengan rasa yang manis-manis, kini mulai tak menyukainya lagi. 

Ahhh...apakah mungkin ini tanda bahwa aku sudah terlalu sering makan janji manismu, jadi rasanya aku sudah muak dengan yang manis-manis? 
#lhocurhat.

Yah..sudahlah, mari kita ke inti acara saudara-saudara. Intinya aku ingin sedikit bercerita tentang perjalananku hari ini.

Hari ini adalah hari kedua aku bertugas sebagai observer kece untuk penelitian tesis temanku. Penelitiannya dilakukan di sebuah sekolah ternama di kota Bandung. Bertempat di Jalan Sumatera No. 42, Merdeka, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117, Indonesia. Alamat ini aku dapatkan dari mbah google, jadi sekalian aja aku copy paste semuanya.

Ada yang tahu setelah aku berikan alamat selengkap itu?

Bagi kalian warga bandung, entah itu yang aseli bandung atau sekedar penduduk imitasi, penduduk yang sedang numpang bertahan hidup di sini (example: ane) akan tahu, itu alamatnya menuju ke sekolah apa.

Sekolah ini, konon katanya banyak daunnya. Ups..salah, maksudnya disinilah tempat pak walikota Bandung, pak Ridwan Kamil atau akrab orang bandung manggilnya Kang Emil menuntut ilmu. (emang ilmu salah apa sih, selalu dituntut terus)

Sekolah ini memiliki prestasi yang sangat bagus, baik setingkat sekolah, provinsi, nasional bahkan internasional. Hal ini dapat agan-agan ketahui saat agan-agan datang ke sekolah ini dan berada di ruang tunggunya. Disana agan-agan akan lihat jejeran foto prestasi-prestasi siswanya, baik secara akademik maupun olahraga yang sudah tembus sampai ke dunia internasional. Wahh.... buat aku sendiri, itu sangat mengagumkan!! 

Maklumlah si penulis ini dekat dengan kata “untung”, untung masih hidup, untung bisa lulus, untuuunnggng bisa ngitung sikit-sikit. Haha.

Yang paling menarik perhatianku adalah lingkungannya. Aku jatuh cinta dengan keasrian lingkungan sekolah ini. Gedung yang masih berdiri kokoh sejak tahun 1913 yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda merupakan bekas sekolah Belanda, yaitu Europeesche Lagere School (sekolah rendah diperuntukkan bagi warga Eropa - setingkat Sekolah Dasar pada masa kini). Sekolah ini dimulai sekitar tahun 1948 dengan nama Indofuropese Vereneging Kubbk School (dah lama banget ya) dan berlokasi di Jalan Kalipah Apo. Kemudian berturut-turut pindah ke Jalan Kasatriaan, Jalan Papandayan, dan Jalan Babatan. Pemindahan terakhir sekolah ini adalah ke lokasi saat ini, yaitu di Jalan Sumatera, dan pada tahun 1950 berubah nama menjadi SMP Negeri 2 Bandung. 

Dah...lah tahu kan, nama sekolahnya. Yup! SMP Negeri 2 Bandung.

Kalau kalian lihat dari jalan, tapi tolong jangan lihatnya di tengah-tengah jalan raya ya, itu berbahaya. #nggaknyambung

Kalian akan lihat begitu cantiknya gedung ini dengan warna cat dinding dominan hijau membuat mata begitu nyaman melihatnya. Pas banget kan, warna hijau adalah warna yang bisa menyehatkan mata kita. Bisa membuat mata rileks dan menenangkan pikiran.

Lingkungannya begitu asri, suasana literasi atau bahasa sederhananya, suasana pelajar pencinta buku terlihat jelas di sini. Banyak spot-spot yang dibuat oleh sekolah untuk memfasilitasi agar anak didiknya semakin mencintai buku. Di kelas, di sepanjang koridor sekolah, di taman, dan tempat lainnya, mereka membuat lingkungannya senyaman mungkin bagi para anak didiknya untuk  membaca segala jenis buku.



Siswa-siswa di sekolah inipun memiliki tingkat keramahan dan sopan santun yang cukup baik kepada guru maupun tamu yang datang ke sekolah ini. Apalagi untuk standar sekolah yang berada di pusat kota. Sekarang sudah sulit kita bisa menemui anak-anak sekolah yang masih menjunjung tinggi kesopanan dan saling menghargai. Tapi, di sekolah ini, aku masih bisa merasakan wujud asli orang Indonesia yang terkenal akan ramah tamahnya. Selain siswanya yang ramah, staf guru, administrasi dan staf keamanan sekolah ini juga sangat ramah. Intinya aku ancungi jempol deh buat seluruh penghuni sekolah ini. Aku banyak belajar dari mereka. Hampir semua yang terdapat pada sekolah ini menjadi pelajaran berharga untukku. Oleh-olehku nanti saat aku kembali ke kampung halaman.


Tulisan ini kubuat, sebagai wujud terima kasihku terhadap sekolah ini. Sekolah ini telah menjadi tempat yang memberi banyak pengetahuan baru untukku.

#literasi #SMPN2Bandung #asri #sopan #kangemil #pakridwankamil #bandung #sekolahfavoritebandung

Sabtu, 22 April 2017

Pangeran Khayalanku (4)

Dubrak!

Bunyi suara benda jatuh kelantai, lalu diiringi suara teriakan sebuah nama.

Rinjaniiiiiiiiiiiiii......

Seorang wanita terduduk lemas dilantai, menahan malu yang lebih terasa daripada tulang ekornya yang terhempas di lantai. Seisi kafe menoleh ke arah sumber teriakan itu. Ada yang langsung tertawa, ada yang sekedar senyum, ada juga yang justru bermuka masam, mencemooh kelakuan anak SMA yang terjebak di tubuh wanita-wanita yang tinggal 2 tahun lagi akan menginjak angka tiga puluh.

"Hahaha" wanita yang tampaknya merasa sangat senang setelah menjahili temannya tadi tertawa begitu lepasnya.

"Jan kalo mau main-main tuh kira-kira dong!" ujar temannya yang duduk di samping Rinjani.

" lo nggak kenapa-kenapa tet?" Rinjani bertanya dengan muka sok polosnya.

"Jidat lo yang nggak kenapa-kenapa!" jawab Rani tapi biasa dipanggil Butet, asli Medan dengan  logat medannya yang tidak hilang ditelan masa dan usia.

Sore yang cerah, secerah hati lima sahabat yang sedang bercengkrama sambil sekali kali diselingi tawa yang untuk kesekian kalinya membuat sebagian mata pengunjung kafe Pojok melihat ke arah mereka. 

Kafe Pojok adalah sebuah kafe yang biasa digunakan oleh banyak kalangan untuk sekedar berbagi cerita, tawa, atau sekedar rehat sejenak dari semua aktivitas sehari-hari mereka. Termasuk Rinjani dan sahabat-sahabatnya. 

Mereka tampak begitu senang, maklum ini kali pertama mereka berkumpul lagi, setelah hampir sebelas tahun semenjak upacara kelulusan SMA, setelah hampir ratusan kali gagal untuk acara ini. Setidaknya satu dua jam mereka flashback masa-masa SMA dengan semua kejahilan, kebaikan dan kenakalan yang pernah dilakukan anak-anak SMA kala itu. 

Hanya saja, Rinjani merasa ada sesuatu yang tak nyaman, ada sesuatu yang janggal dengan keadaan sekarang. Dia merasa seperti berkumpul dengan orang-orang yang tak dia kenal, dia merasa asing. Setidaknya satu dua jam tadi dia merasa bersama sahabat-sahabatnya, tapi selepas itu semua, mereka seolah-olah orang yang baru ia kenal siang tadi. 

Rani memang tidak berubah, tapi itu hanya logat medannya saja, kini dia tampak seperti para warga-warga sosialita kebanyakan, sama seperti halnya Restu, Restu yang dulu adalah sosok paling pendiam diantara kami berlima, tapi apa yang Rinjani lihat sekarang, dia tak kalah hebohnya membicarakan semua barang Branded yang dia punya dengan si butet. Butet dulu partnernya Rinjani dalam hal tomboy, tapi sekarang Restulah yang tampaknya paling serasi dengan Butet. 

Lalu Ririn, dulu dialah si tukang celoteh tanpa henti, tapi entah kenapa, aku justru melihat sosok Restu yang dulu kini terperangkap di tubuh Ririn. Terakhir, Rianti, lihatlah dia sekarang, Rinjani seolah-olah merasa duduk di samping ustazah Oki Setiana Dewi dengan pakaian syar'i yang dia kenakan benar-benar membuatnya tampak berbeda dengan Rianti dahulu kala. Rianti dengan pakaian ala kadarnya serta kerudung ala kadarnya kini dia tampak anggun mempesona dan menenangkan jiwa. 

"Heii" panggil Rinjani, mengejutkan Ririn yang sedang melamun dengan tatapan kosongnya.

"Ahh"

"Lu pendiem banget sih Rin" ujar Rinjani heran.

"What's wrong?"

Ririn hanya tersenyum. Dia benar-benar seperti bukan Ririn yang kami kenal.

"Hellooo, Ririn??" kali ini Rianti yang membangunkannya dari lamunan, padahal baru saja tadi ditegur oleh Rinjani.

" are you okay?" Butet tampaknya ikutan khawatir

"Nothing" jawab Ririn singkat.

Mereka berempat hanya saling pandang.

"Ini bukan Ririn yang kita kenal loh, lu kenapa Rin??" Rinjani masih penasaran.

"Kita masih sahabatan kan, if you have any problem, you can tell with us. Okay?"

" i'm fine, i just ...emm..nothing." Ririn tampak ragu.

Hingga waktu memisahkan kami, Ririn masih diam dan tak sedikitpun lagi membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu.

Kini mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Namun Rinjani yakin, setiap dari mereka sepanjang perjalanan pulang pasti penuh dengan tanda tanya. 

Sesampainya di rumah, saat Rinjani tepat akan masuk, pintu di depannya yang mestinya dia yang membukanya tetapi tiba-tiba terbuka dan seseorang keluar dari sana. Orang itu tersenyum ke arah Rinjani, hanya saja Rinjani terlalu sibuk dengan pikirannya tentang sahabatnya. 

Dia tidak menyadari kehadiran orang tersebut. Hingga dia masuk dan terus saja berjalan menuju kamarnya. 

Akhirnya, aku menemukanmu.

Siapa Kisah Cintaku ?



Hari ini sahabatku semasa kuliah, telah berikrar menjadi istri untuk imam sahnya.
ahh...intinya, hari ini dia menikah.

Rasanya baru kemarin kami bercerita panjang lebar tentang sebuah pernikahan yang kelak akan kami alami.

Pada akhirnya dia telah lebih dulu menemukan belahan jiwanya. cielehhh.

Bulan Februari kemarin, sahabat semasa SMA-ku juga menikah. Diingat-ingat, lagi-lagi itu terjadi tak berselang lama dari obrolan panjang kami tentang pernikahan yang bakal kami jalani. Tentang siapa jodoh kami, bagaimana nantinya setelah menikah dan sebagainya.

Pertanyaan siapa jodoh kami, setidaknya itu sudah terjawab untuk mereka berdua. 

Mereka tidak ada yang pacaran. 
Alhamdulillah.

Kedua suami mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak mereka kenal. Kedua-duanya bertemu lewat suratan Illahi. Suratan takdir mempertemukan kisah cinta mereka.

Ada yang melalui perjodohan antara orangtua.

Ada yang melalui perjodohan teman.

dan Alhamdulillah berakhir dengan romantisnya. Bersanding duduk dipelaminan.

Sedihnya, aku tidak bisa menghadiri kedua-duanya. 

Aku terlewatkan momen bahagia mereka.

Aku terlewatkan momen memeluk mereka dihari bahagianya.

Aku terlewatkan momen melihat senyum termanis mereka dihari sakralnya.

Lalu, bagaimana dengan aku ?
Itu pasti menjadi pertanyaan kalian.

Aku?

Aku dengan keaku akuanku.

Haha..

Akupun tidak pernah tahu.

Jangankan kalian, akupun begitu sangat penasaran ingin tahu, siapa yang bakal menjadi kisah cintaku nantinya.

Perjalanan ini masih begitu panjang. Aku hanya ingin menikmatinya. Meskipun kata orang akan lebih indah bila bersama orang yang kita cintai. 

Bagiku, aku selalu bersama orang yang aku cintai.  Dan aku bahagia dengan segala bentuk kehidupan yang aku jalani.

Pernikahan bukanlah ajang lomba lari. Bukan siapa yang paling cepat menikah lalu itulah pemenangnya. 

Menurutku, siapa yang paling cepat menemukan kebahagiaannya, itulah pemenangnya. 

ahh.. tampak seperti begitu idealis ?

Aku hanya menyakini, aku akan bertemu "kamu" iya "kamu", 
diwaktu yang tepat,
di tempat yang tepat,
dan dengan orang yang tepat.

#pernikahan #wedding #bahagia #cinta #jodoh,