Selasa, 23 April 2013

Semakin membaca, semakin bodoh


apakah kalian suka buku?
atau kalian suka membaca?
atau buku dan membaca itu sebenarnya sama saja?

hehe..
bingung?

apalagi saya?


Tapi apapun itu, jika kalian tidak suka membaca, cobalah untuk menyukainya. Bagi yang memang suka membaca, perluas lagi bacaan kalian.

Bukan maksud untuk sok pintar atau  segala jenis sok lainnya. Semakin kau banyak membaca maka kau akan semakin sadar betapa bodohnya dirimu. Itulah nasehat ibuku yang paling aku ingat. 

Nasehat itu ternyata tak sekedar nasehat kosong dari sekian orang yang telah aku nilai berkompenten dibidangnya, mengucapkan kalimat itu kembali secara berulang. Memang benar kok, bacalah dan kau akan tahu kebodohanmu. Jadi hanya orang yang mau merugi yang tidak mau membaca. Dengan membaca, kau akan tahu betapa luasnya dunia ini, dengan membaca kau akan tahu betapa luasnya jagad raya ini, dengan membaca kau akan tahu betapa luasnya ilmu pengetahuan ini dan dengan membaca kau akan semakin memahami untuk apa kau diciptakan oleh Allah SWT.

Akhir-akhir ini aku telah tersadarkan lagi akan kelalaianku. Sadarnyapun karena itu tadi, membaca. Tidak ada yang sia-sia jika mau membaca. Bacalah apa saja yang ingin kau baca. Itu saja kok.

Nah, bagi kamu yang awalnya tidak suka membaca, mulailah dengan membaca apa saja yang kau sukai, apa saja yang kau minati, tidak harus membaca buku-buku yang sangking tebalnya, bantal aja kalah. Haha. Jika kau mulainya dari sekarang maka manfaatnya akan terbukti.

Bisa jadi kau mulai membaca tulisan-tulisan yang ada di pagar rumah tetangga, tulisan-tulisan yang ada di mobil-mobil lewat. Tapi tetap selektif itu harus dimiliki. Selektiflah dalam membaca, carilah yang kira-kira memang akan beermanfaat bagi dirimu, dia, dan semuanya. Kira-kira aja, kalo nggak bermanfaat, buat apa dibaca, apalagi kalau justru merugikan.

Yang perlu diingat, tidak harus bacaannya ilmiah-ilmiah melulu yang bahasanya mesti buka kamus ratusan kali, yang istilahnya baru sekali seumur hidup bacanya, hehe, karya fiksi itu juga bermanfaat kok, majalah, artikel, komik dan lain-lain,pokoknya mulailah dari sesuatu yang membuatmu berminat. Jangan sampai baru liat bukunya aja kamu sudah menguap puluhan kali, apalagi kalau buka halaman pertamanya justru  membuatmu bermimpi indah. Haha. Jadi yang santai-santai saja, nggak harus selalu serius kok.

Sabtu, 20 April 2013

Bersyukur



Hidup di jalanan 
Bukalah sesuatu yang asing bagiku
Bermandikan panasnya matahari
Juga bukan hal yang aku takuti
Apalagi sekedar tubuh mungil ini diguyur air hujan
Tidak akan menyurutkan semangatku

Semangatku berbeda dengan kalian
Semangatku bukan untuk bersekolah
Semangatku bukan untuk menggenggam pena
Semangatku adalah ada ibuku yang terbaring lemah di atas kardus-kardus bekas buku kalian
Semangatku adalah ada ayahku yang kian hari
Kian keras memukul punggungku

Tubuhku memang masih mungil,
Usiakupun masih dilindungi oleh undang-undang anak dibawah umur, kata orang di sana
dan akupun tak memahaminya

Aku menantang matahari untuk sekedar
menjajakan daganganku, 
Sekedar mengais sebutir beras yang kau buang
Aku menantang hujan, untuk sekedar membeli seteguk obat untuk ibuku yang kian renta
Aku menantang ramainya kendaraan kota
Untuk sekedar bernafas sejenak dari kerasnya punggungku yang dipukul oleh ayah

Dan aku menulis ini,
Untuk sekedar kau ingat, ada yang lebih keras menghadapi hidup ini
Sekedar agar kau ingat apa itu kata bersyukur

Langkahku



Kujalani hidup dengan langkah-langkah rapuh
Terkadang saat angin melintas, aku sulit bertahan
Tapi, aku segera tersadar dari kepiluan yang membawa luka ini
Ku tak seharusnya menyerah disaat, aku yang mestinya berjaya

Kini, saat angin melintas kembali
Kesejukan yang dibawanya baru terasa
Saat dulu justru menjadi sembilu hari-hariku
Kehilangan boleh saja membuatku rapuh
Tapi akan kubiarkan itu menjadi kisah dahulu kala
Karena cerita panjang masa depan telah menantiku

Kini langkah-langkahku telah kokoh
Telah kuselimuti baja semangat diri
Ku siap menghadapi topan yang kapan saja akan menghampiriku kembali

Kamis, 18 April 2013

Larilah



Larilah semampu kau berlari
Aku tak ingin menahanmu lagi dengan impian kosong diantara kita
Kau memang telah membuka hatiku untuk mengenal apa yang tidak ingin aku sentuh
Aku belajar banyak artinya bertahan
Aku belajar banyak artinya sebuah prinsip
Kau tak perlu khawatir lagi akan hadirku yang tak kau inginkan
Langit senja menghias hatiku
Malam kelam mewarnai duniaku
Tapi esok pagi pasti akan datang
Matahari kan tetap bersinar pada waktunya
Bumi akan terus berputar
Dan waktupun akan terus melaju dengan inginnya
Hidup kita tak sebatas sekarang
Dia akan terus berjalan
Dan kembali, detik-detik tahun akan menghapus apa yang ingin kau hapus


Rabu, 17 April 2013

Izin



Kalau kau ingin aku pergi, cukup kau bilang saja padaku. Aku tidak akan pernah tahu jika kau tidak mengatakannya. Aku memang terlalu bodoh untuk menyadarinya sendiri. Aku akan pergi dan takkan mengusik hari-harimu lagi. Aku hanya ingin bersahabat. Itu saja, tapi jika itu justru  membuatmu tidak nyaman, aku minta maaf. Dan tampaknya kau tidak membutuhkan aku berada di sampingmu. Aku memang bukanlah sosok sahabat yang baik, tapi aku selalu berusaha untuk menjadi sahabat yang baik untukmu.

Aku pamit, biarlah waktu yang akan menjawab semuanya, apakah kita akan dipertemukan lagi atau inilah yang terakhir dari kisah kita yang lalu yang begitu panjang.

Maafkan atas segala kebodohan dan ketidaksempurnanku selama ini. Maaf.





Puzzle




Malam tadi sahabatku bercerita denganku atau bahasa rempongnya curhat. hehe

Ceritanya, dia sedang dihinggapi oleh kata yang terdiri dari lima huruf "CINTA". Ya, memang cinta tidak pernah memandang siapapun untuk dihampirinya. seperti kisah sahabatku kali ini, dia kenal lelaki itu berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Mereka kenal lewat sebuah perdebatan yang ternyata bukanya membuahkan rasa kesal seperti orang pada umumnya, justru akhir dari cerita perdebatan itu membuahkan warna merah jambu di hati sang wanita.

Sahabatku bercerita, lelaki seperti dialah yang menjadi sosok imam idamannya. haha

Dia sangat berharap sekali, dapat menjadi pendamping hidup laki-laki itu. Laki-laki idamannya yang dia yakini yang dapat membimbingnya menjadi lebih baik.

Aku bilang padanya, dia harus yakin bahwa tulang rusuk kita tidak akan tertukar tempatnya, ibarat puzzle, jika dia bukan bagian yang hilang dari puzzle tersebut, maka bagian yang lain tidak akan bisa dipaksakan untuk menyatu, jika tetap dipaksakan yang ada justru akan meobohkan bangunan tersebut. Puzzle itu akan mencari pasangannya yang pas denganya sehingga terbentuklah bangunan yang kokoh.
sahabatku tertawa, "hahaha..tampaknya dirimu lebih paham daripada aku"

Dia ingin kisahnya seperti sahabat Rasulullah saw dengan Fatimah putri Rasulullah saw, mereka saling memendam cinta dan selalu saling mendo'akan, ternyata allah memberi suratan takdir yang indah, buah dari ketaatan mereka. Mereka akhirnya menyatu dalam ikatan suci.

Selasa, 16 April 2013

Anak yang baik


Hari ini aku tidak kuliah, para dosen sibuk mengawas ujian nasional tingkat SMA/sederajat. Jadi kerjanku hanya di kamar kosan doang. Agar tidak sia-sia hari libur ini aku isi dengan megerjakan essay yang deadlinenya kamis nanti. 

Saat aku mulia bosan menghadapi laptopku yang gambarnya tulisan semua, akhirnya kucoba melihat-lihat keluar untuk sekedar membuang rasa jenuhku.
Ternyata di luar ada serombongan anak laki-laki, kira-kira jumlahnya 4-5 orang, tampaknya mereka dari suatu tempat. 

Yang membuatku ingin bercerita adalah salah satu dari mereka membawa sebuah bungkusan, yang awalnya aku pikir isinya makanan yang dia beli, eh ternyata bungkusan tersebut berisi macam-macam rempah untuk memasak. aku tersenyum melihatnya. Pasti dia habis diminta tolong ibunya untuk membeli beberapa bahan bumbu untuk memasak siang ini. Anak yang baik.

Rasa iri



Rasa iri itu terkadang terlalu erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Rasa itu memang salah dan sangat tidak dianjurkan oleh nabi Muhammad saw. Tapi, menurutku, selagi iri itu tidak merugikan atau justru pemicu semangat untuk lebih baik, itu tidak masalah.

Maksudnya, boleh saja kita punya rasa iri diawal kita melihat sesuatu yang belum bisa kita punyai atau belum bisa kita gapai. Tapi, kelolalah rasa iri itu menjadi sebuahpemicu timbulnya api semangatmu agar kamu mau berubah menjadi orang yang rajin dan tekun dalam menggapai keinginan dan cita-citamu.

Bersikaplah dengan tidak selalu menyalahkan keadaan, agar tantangsn yang sipa menghadang kita itu menjadi terlihat begitu kecil dan mudah.

Senin, 15 April 2013

Cengkrama adik kecil


Tadi sore, saat pulang dari mengajar les private adik didikku. aku menumpang sebuah angkot. disana ada pak supir angkot dan di sampingnya ada seorang anak kecil. kalau aku tebak, anak itu pasti putri dari bapak angkot tersebut yang aku suka dari kisah sore ini adalah cengkramanya adik kecil itu dengan ayahnya. 

Sambil diiringi lagu sheila on seven, adik kecil itu berceloteh tentang apa saja, sambil bertanya-tanya dengan ayahnya dan dengan sabarnya ayahnya akan menjawabnya walaupun dia juga asyik ikut beryanyi dengan syair-syair lagu yang sedang diputar.

Saat aku melihat adik kecil itu dan akrabnya dia dengan ayahnya. membuatku menjadi tiba-tiba sangat begitu merindukan ayahku yang jauh di sana. Aku ingat begitu dekatnya aku dengan ayahku saat masih kecil dulu. aku sadar aku adalah anak yang begitu cerewetnya, apa saja yang ada di sekitarku akan aku ceritakan atau akan aku tanyakan dengan beliau. tapi beliau bukanya marah justru dengan sabarnya akan menjelaskan semuanya, dengan bahasa yang sederhana yang dapat aku mengerti.
 

Rabu, 03 April 2013

Rasa yang pernah ada (10) (end)

Suasana hening menantikan jawaban dari bibir mugil Tika.

"pemilik tulang rusuk ini, memang takkan pernah tertukar,"
jawaban dari Tika langsung disambut meriahnya tepukan tangan dan senyum kelegaan dari semua seyum bahagia dari semua tamu yang hadir. Sebuah momen yang sangat langka terjadi.

Dhani langsung memeluk Tika, tapi secara refleks tangan Tika bergerak "eits...belum akad lho?"
"hahahaha"lagi-lagi ruangan resepsi pernikahan itu menjadi riuh.
Dhani hanya tersenyum malu, sambil garuk-garuk kepala. terlihat begitu berbinarnya cahaya dimatanya.
"ok, kita langsung akad di sini saja." ujar Dhani
Tika bengong mendengarnya,
"tapi, pakaianku?"
"tenang, semua telah aku persiapkan untukmu," jawab Dhani tersenyum bangga dan bahagia.

Tika dibawa oleh beberapa wanita berkebaya yang seragam kesebuah kamar yang di sana telah siap beberapa kostum pengantin wanita dan kesemuanya adalah kostum pengantin yang pernah dia rancang sendiri, dengan maksud akan digunakannya saat akad nikah dan resepsi pernikahannya suatu saat nanti dan ternyata semuanya telah terwujud. Tika tak henti-hentinya bersyukur dengan semua yang baru saja di lalui dan dia alami sampai sekarang. Allah maha punya rencana yang begitu indah untuknya.


Tidak butuh waktu yang lama, karena Tika memang tidak begitu menyukai sesuatu yang ribet, jadi semuanya memang serba simple dan minimalis, seperti penampilan natural dia biasanya. Tapi hal tersebut tidak membuat orang melihatnya tampak biasa saja. Saat Tika mulai dituntun ke ruang tempat akad nikah akan berlangsung, orang yang melihatnya, seperti melihat sosok lain dari Tika, sosok bidadari yang begitu cantik tanpa polesan make up tebal, tapi begitu mempesona karena begitu naturalnya kecantikan yang ada pada Tika.

Dhanipun hampir tidak dapat mengedipkan matanya lagi, hingga teman di sampingnya yang menyenggolnya agar dia kembali ke alam sadar. Dhani hanya tersenyum malu, melihat orang di sekitarnya tertawa dengan kelakuannya.

"pantas aja lo nggak mau melepaskan dia buat gue, mata lo beneran tau mana barang bagus," bisik sobat Dhani yang ada disampingnya

" yee..kamu kira Tika gue, sebuah barang. enak aja"
"cielah..yg mau ijab kabul pakek acara bilang Tika gue segala...hahaha"
Dhani hanya mencibir sekilas ke ara temannya.

tak lama kemudian ijab kabulpun terucap antara kedua mempelai.
"nah..udah boleh tuh nyongsor ke Tika, buakn tadi, maen nyongsor aja" ledek teman Dhani saat ijab kabulnya selesai.
hahahaha
semua tamu undangan tanpa terkecuali, tertaw begitu riuhnya mendengar gurauan teman Dhani.

Dua insan yang saling mencintai dalam diam, saling menjaga dalam diam, saling memantaskan diri dalam diam. Akhirnya bersatu dalam ikatan suci yang Allah ridhoi, seperti yang mereka inginkan selama ini. 

Tulang rusuk dan pemiliknya memang tidak akan pernah tertukar.

di luar sana, ada seseorang yang juga menangis dalam diam.

Rasa yang pernah ada (9)

Saat kebingungan dengan muka yang semakin miris. Tiba-tiba sebuah lampu sorot menyinarinya. Ada apa lagi ini, pikiran Tika semakin kalut, terselip penyesalan datang ke resepsi ini, kalau dia tau dia akan jadi bahan perhatian.

"yaaa...inilah dia pengantin wanita yang kita tunggu-tunggu sejak tadi,"
andai jatung tika bisa copot, pasti itulah yang dia rasakan dan ia pikirkan
what??
pengantin wanita, apa maksudnya coba.
mulut Tika seketika itu langsung terbuka lebar sangking shocknya mendengar pernyataan dari MC di atas panggung.
apa-apaan ini, sudah datang jadi pusat perhatian, mau duduk, bangku kosong nggak ada, sekarrang malah jadi bahan leluconnya tamu undangan. nggak tau apa, aku ke sini sambil membawa luka.

saat tika melihat ke arah panggung mempelai. dia tambah curiga, di sana hanya berdiri Dhani yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum lebar. Kalau tadi rasanya jantungnya mau copot, tapi kali ini rasanya copot beneran. Buru-buru Tika meletakkan telapak tangan kedadanya, mencoba meredakan apa yang bergejolak di hatinya

tapi tidak mungkin!
bukankah jelas-jelas di undangan itu, Dhani kan menikah dengan orang lain.

"Tika, majulah nak," ujar sebuah suara, yang terdengar tidak asing di telinganya. ya...benar seklai, tampak ayahnya sedang berdiri tegak di samping Dhani.
 Tika semakin bingung dengna semuanya, tepuk riuh membahana di dalam gedung itu. Tanpa komando, secara ta sadar langkah kai Tika berjalan menuju ke arah ayahnya yang disamping beliau berdiri sesok Dhani yang hampir tidak dia kenali. Dahani dan Tika memang tidak pernah bbertemu hampir 10 tahun lamanya, wajar saja Tika hampir tidak meneganali sosok Dhani.

ayah apa yang terjadi. Itu suara hati Tika dan seolah -olah Dhani mampu membacanya, sebab setelah Tika tepat menginjakkan kakinya di panggung tempat Dhani dan ayah Dhani berada serta tampaknyya kedua orang tua Dhani pun telah berada di sana.
"maafkan aku Tika atas semua yang barusan terjadi." ujar Dhani lembut, di iringi tepukan riuh seisi gedung itu.

"jadi?" Tika masih tampak shock, dia hanya mengutarakan sepatah kata atas semua yang barusan menimpanya
"lelucon apakah ini?"

"Ini bukanlah lelucn Tik, inilah yang terjadi dan inilah keseriusanku padamu,"

"tidak! aku tidak mengerti, maksud kalian apa ini," antara marah, bahagia atau sakit, tika tidak tahu benar apa yang ia rasakan, yang pasti air matanya menetes, entah itu air mata rasa sakitnya atau rasa bahagianya.
"Tika, ayah telah lama memeperhatikan semua yang kau lakukan selama ini, setiap ada yang datang melamarmu, kau selalu menolak mereka dengan alasan yang menurut ayah, terkadang bukanlah alasan yang dapat diterima. Hingga suatu hari Dhani mendatangi ayah, dan membicarakan semua tentangmu serta mengutarakan niat seriusnya untukmu."
aku tak sanggup mengakat kepalaku.
"ayah pikir, ayah telah menemukan orang yang selama ini kau cari, bukan ayah ingin bertindak egois terhadapmu, tapi ayah telah membesarkanmu, telah bersamamu puluhan tahun lamanya, jadi ayah tahu betul apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu. Apa yang sebenarnya membuat kau begitu risau selama ini."
"ayah" hanya itu yang terucap lemah dari bibirnya
"maka dari itu, kami merencanakan ini semua, ayah yakin jika tidak seperti ini, kalian berdua tidak aklah an pernah bersatu. Terutama kau Tika, kau terlalu sering mengalah dan membohongi apa yang kau rasakan.Untuk itulah kami  merencanakan ini semua. ayah harap kau tidak marah, dan jujurlah dengan perasaanmu. Karena sekarang bukanlah ilusi lagi yang Dhani tawarkan untukmu, tapi kenyataan yang memang agama pun menganjurkanya. walaupun ayah tidak sepaham sepertimu tentang agama, tapi ayah tahu keinginanmu."
Sekarang aku tahu, makna air mataku yang terus mengalir ini. Aku bahagia dikeliling mereka yang begitu peduli denganku.

Aku menoleh ke arah Dhani dan kedua orang tuanya, seolah mempertanyakana apakah mereka juga terlibat dalam rencana in. Mereka menganguk dan tersenyum, walau keraguanku tak ku ucapkan lewat kata-kata, tapi mereka telah mengerti apa yang ingin aku tanyakan.

"Tika, untuk pertama dan terakhir dalam hidupku, kuucapka kepada wanita yang telah mengisi hatiku serta hari-hariku,maukah kau menjadi mempelai pengantin wanitaku?"


Rasa yang pernah ada (8)

Lama Tika merenungi kebodohan yang telah Ia lakukan. Menangisi sesuatu yang memang bukan haknya. Bangkit dan memperbanyak berpikir positif, itulah yang seharunya ada dibenaknya. Bukan sebuah tangisan atau tetesan air mata, tapi kesadaran akan kesia-sian itulah hal yang penting.

Waktu pun terus berlanjut. Tibalah saatnya waktu resepsi pernikan Dhani.

Tika tak pernah menyesali jika dia harus datang. Dia harus memenangkan hatinya untuk tidak pengecut dan lari dari kenyataan. Dia tetap mencoba menyembunyikan semuanya, biarlah allah dan dirinyalah yang tahu tentang gejolak yang ia rasakan saat ini.

Pestanya tampak begitu meriah. Kesan sederhana tapi berkelas itulah yang ditangkap dimata Tika. Sebuah pernikahan yang dia impikan. Tapi sedikit ada kejanggalan yang mulai ia rasakan. Rasanya semua orang yang ada di sana meliriknya dan berbisik-bisik dengan teman sebelahnya.

Tika mulai ragu, apakah dia salah kostum, apakah pernikahan ini mempunyai seragam khussu. atau ada yang salah dari pakaian, terbalik, sobek atau apalah sehingga semua orang memperhatikannya, baik yang hanya saling lirik-lirikan atau langsung beneran melihat kearahnya dengan tatapn menyelidik.

"jangan-jangan wajah ku mirip teroris kalinya". pikir Tika.

Tika perlahan-lahan dengan langkah dibuat se-PD mungkin, mencari tempat duduk yang kosong. Tapi lagi-lagi dia merasa di perhatiakan terus, apalagi ternyata tidak ada bangku kosong yang daat dia duduki.




Selasa, 02 April 2013

Rasa yang pernah ada (7)

Hari terus berganti, minggu, bulan dan tahun ke tahun pun terus berjalan. Mereka tak pernah lagi berkomunikasi. namun, di hati Tika, ingatan tentang Dhani tetap terus membanyanginya, sekeras apapun dia ingin melupakannya.

Dhanipun demikian, tanpa sepengetahuan Tika, Dhani sebenarnya tetap terus memperhatikan Tika, walaupun hanya dapat dilakukanya dari jauh. Dia ingin agar Tika memang benar-benar dapat menjaga hatinya, serta memang diapun ingin dapat menjaga hatinya sendiri.

Hingga tiba suatu waktu, ada sebuah paket terselip di kotak pos rumah Tika. Setelah membacanya dengan seksam dan tidak lupa mengeja nama seseoang yang tertulis di sana secara berulang kali. Dia mencoba menepis bahwa dia sakit dengan isi undangan itu. 

Paket itu adalah sebuah undangan.
yahh...Undangan dari Dhani tentang pernikannya. Remuk. itulah yang terasa di seluruh tubuhnya. Dia mencoba menepis bahwa dia menjadi sakit dengan berita di undanganitu. Tapi air matanya tidak dapat membohongi rasa yang terselip di hatinya. Rasa yang dicobanya untuk dikuburnya dalam-dalam. dan tampanya semuanya sia-sia.

setetes demi setetes air matanya jatuh, tubuhnya bergetar, dia pun terduduk lemah di sudut kamarnya. Dia begitu merasa bodoh, meraas begitu lelah menyia-nyiakan waktunya yang bertahun-tahun agar dapat melupakan Dhani, tapi semuanya terasa menjadi uap, rasa sakit itu terasa dan begitu menghantuinya. Beginikah rasa pedih itu.

waktu

Karya : Reny

Walaupun ini akhir dari cerita yang tidak aku inginkan
biarkan wktu yang menghapusnya

malam tetap akan gelap
dan siangpun akan tetap terang

semuanya memang harus kembali seperti semula
awal puzzle yang memang harus tak lengkap hingga waktu yang tepat

terdengar egois saat kau ingin mengakhirinya
tapi aku yakin, waktu adalah obat mujarab untuk semua yang tergores
dan waktu adalah jawaban dari segala yang pernah tergores


senjapun akan tetap milikku
walau memang kita belum pernah menantikannya dengan kebersamaan
tapi...waktu menjadi milik kita bersam
menjadi penjelasan yang tak perlu kau jelaskan

akhir cerita ini, ibarat dedaunan yang jatuh tapi belum menyentuh tanah
biarkan angin yang menentukannya
seperti kita yang membiarkan waktu menentukan akhir cerita antara kau dan aku.